Tittle : Aishiteru,
Ayam
Author
: Naumi Megumi
Pairing : SasuSaku
Rate : T
Genre : Romance/Humor
Naruto © Mashashi Kisimoto
Warning(s):
Jelek banget, AU, Oneshot, Typo(s), dll
Summary:
”Hey, Ayam! Apa yang kau lakukan di sini!? Jangan-jangan…”/
“Apa kau mau kupukul?”/
“Tentu saja aku tahu itu. Tapi kau juga tidak bisa seperti
itu. Aku janji tidak akan berbuat macam-macam padamu,”/
“Aarrrgghh…!!!”/
“Tapi aku benar-benar sudah tidak tahan~”/
“Hey, a...apa yang akan kau lakukan, Ayam!?”
*
*
*
*
*
Aishiteru, Ayam
Pukul 8.00 pagi, di jalan.
“Sial!” umpat seorang pemuda tampan yang
memiliki gaya rambut err…seperti pantat ayam berwarna biru dongker.
Nama pemuda tersebut adalah Sasuke, Uchiha Sasuke.
“Dosen Oro itu sangat menyebalkan
sekali!” Sekarang giliran pemuda berambut duren
di samping Sasuke yang sedang merutuki dosen mereka yang bernama Orochimaru.
Ia adalah Uzumaki Naruto.
Coba tebak apa yang mereka lakukan
sekarang! Mereka berdua sekarang sedang berjalan kaki menuju kampus mereka,
yaitu Konoha University. Padahal, jalan ke kampus
mereka masih jauh.
Jadi, hari ini adalah hari terakhir
pengumpulan tugas kuliah yang diberikan oleh dosen Orochimaru. Dan mereka harus
cepat mengumpulkan tugas ini, karena hari ini Orochimaru di kampus hanya sampai
jam 9 pagi ini. Katanya sih mau ada acara, tapi tidak tau juga.
Dan sialnya, mereka bangun kesingan
karena semalam Naruto mengajak Sasuke main PS sampai larut malam. Dan lebih
sialnya lagi, saat mereka berangkat menuju kampus, mobil Sasuke mogok di tengah
jalan. Padahal, waktu mereka semakin mepet. Jadilah, mereka sekarang jalan kaki.
“Kau kira kita bangun kesiangan itu
gara-gara siapa, ha!?” tanya Sasuke sambil melihat Naruto dengan sinis.
“Ya maaf…kau juga menerima ajakanku, kan!” Naruto mencoba membela dirinya sendiri.
“Apa kau bilang!? Iks!” Sasuke
benar-benar dibuat jengkel oleh Naruto.
“Maaf maaf...” ucap Naruto dengan rasa
bersalah. Sasuke hanya diam. “Bagaimana kalau kau menelfon pelayanmu untuk
menjemput kita di sini,” usul Naruto.
“Ponselku ketinggalan, Dobe. Pakai saja
ponselmu untuk menghubungi seseorang,” kata Sasuke datar.
“Hehe...pulsaku habis.” Naruto hanya
bisa nyengir kuda saat Sasuke melihatnya dengan kesal.
“Atau kita naik Bus saja, gi...ma...na~?” Volume suara Naruto semakin rendah saat Sasuke melihatnya
dengan pandangan yang mematikan.
“Apa kau mau membunuhku, ha!?” kesal Sasuke.
Jelas saja ia kesal. Jadi sebenarnya, Sasuke itu sejak kecil takut naik kendaraan umum. Entah karena apa. Naruto mengetahui hal tersebut, tapi kenapa Naruto malah mengajaknya naik Bus? Tentu
saja Sasuke marah.
Naruto lagi-lagi hanya bisa nyengir kuda
dan meminta maaf pada Sasuke. “Apa kau tidak membawa uang, Teme?” tanyanya
mencoba mengalihkan kemarahan Sasuke.
“Apa kau juga bawa uang?” Sasuke balik
bertanya. Naruto hanya menggeleng pertanda bahwa ia juga tidak membawa uang.
“Kalau begitu jangan tanyakan itu padaku! Kau mengerti!” lanjut Sasuke dengan sinis. Naruto hanya menelan ludahnya
sendiri, sepertinya ia salah tanya.
Tentu Sasuke tidak membawa uang. Yang
ada dipikirannya hanyalah tugas makalah yang ada di dalam tasnya. Ia tidak
sempat memikirkan ponselnya juga uangnya.
PRANG!!
Naruto menendang sebuah kaleng minuman
yang berada di pinggir jalan.
“Gugg!”
terdengar suara gonggongan anjing dari arah mendaratnya kaleng minuman yang
tadi ditendang oleh Naruto, tepat berada di belakang semak-semak.
Sasuke lalu melihat Naruto dengan
pandangan mematikan. Ini pertanda buruk bagi mereka berdua. Naruto menambah
kesialan mereka satu lagi. “TERIMA KASIH, Naruto. Kau sangat HEBAT!” gumam Sasuke
yang memberi tekanan pada kata “terima kasih” dan kata “hebat”.
“Gugg gugg gug!!” terdengar lagi suara gonggongan
anjing yang semakin keras. Dari arah semak-semak muncullah seekor anjing hearder
besar yang sangat menyeramkan.
Naruto dan Sasuke saling berpandangan. Wajah mereka seketika menjadi pucat.
1
2
“LARI!” seru Naruto saat hitungan ke-3
dan mengambil seribu langkah untuk melarikan diri dari kejaran anjing yang
mulai mengejarnya dan Sasuke. Tentu saja Sasuke
juga ikut lari bersama Naruto.
Mereka berdua berlari dengan kencangnya, dan anjing itu juga semakin mendekati mereka.
“Hosh...hosh...hosh! ah...pah yang
hah...rus kih...tah lakukan!?” seru Naruto dengan nafas yang
tersenggal-senggal.
--Aishiteru, Ayam—
“Sakura!” panggil seorang wanita
setengah baya yang sedang memasak di dapur pada anak gadisnya. Seorang Ibu yang
err...sedikit tomboy. Ia adalah Tsunade.
Muncullah seorang gadis berambut merah
muda seleher dari sebuah kamar, mungkin itu kamarnya. Ia adalah Haruno Sakura, putri semata wayang Tsunade. Ia pun mendekati Tsunade yang sedang
memasak. “Ada apa, Kaa-san?”
sahutnya.
“Cepat kau bawa kesini ayam Tou-sanmu
yang ada di depan rumah itu!” perintah Tsunade pada
Sakura.
“Lho?
apa nanti Tou-san tidak marah karena ayamnya dimasak Kaa-san?” Sakura
mencoba mengingatkan Kaa-sannya.
“Sudahlah, cepat bawa ayamnya kesini!
Lagi pula, ini juga untuk Tou-sanmu. Dia kan mau pergi ke luar kota
untuk seminar nanti. Jadi, Kaa-san akan menyiapkan masakan yang enak
untuknya.”
Ya, seperti yang dikatakan oleh Tsunade tadi,
Ayah Sakura akan pergi ke luar kota untuk seminar selama 3 hari. Dan Tsunade
mencoba membuatkan makanan yang enak untuk suaminya itu agar saat di luar kota, suaminya rindu pada masakan istrinya sehingga suaminya cepat
pulang. Untuk membuat masakan yang enak, Tsunade akan mengorbankan ayam betina
kesayangan suaminya.
Biasanya, laki-laki memelihara ayam jantan untuk peliharaan, tapi
entah kenapa suami Tsunade malah memelihara ayam betina. Katanya sih, karena ayam betina bisa menghasilkan telur dan telurnya
untuk jamu, begitu alasan suami Tsunade.
“Ya sudah, aku akan mengambilnya.” Sakura
lalu melangkahkan kakinya menuju halaman rumahnya, dimana ayam betina ayahnya dikurung. Sebenarnya Sakura
sangat malas jika harus berurusan dengan ayam. Tapi, harus bagaimana lagi?
Kalau ia tidak menuruti Ibunya, bisa-bisa ia akan dilempar ke kutub utara. Tsunade
sangat menyeramkan jika sudah marah.
“Hii...” Sakura malah ngeri sendiri
hanya membayangkannya saja, apalagi kalau itu benar-benar terjadi.
Sakura pun menuju kurungan ayam. “Waduh! Kok kurungannya kebuka?” tanyanya entah pada siapa saat melihat kurungan
ayam yang sudah tergeletak tak berdaya. Dan tentu saja ayamnya tidak ada di
tempat. Bagaimana bisa kurungannya kebuka? Ini sangat gawat. Bisa-bisa Tsunade
marah besar karena hidangan istimewanya hilang, kabur entah kemana.
Sakura cemas dan juga takut. Ia takut
dengan Tsunade. Apa iya, ia harus mencari ayam tersebut? Sakura sekarang malah
dilanda galau. Apa ia harus lapor pada Ibunya kalau ayamnya kabur? Kalau Sakura
mencarinya sekarang, pasti akan lama dan itu malah akan membuat Ibunya menunggu
lama, dan akhirnya, Sakura benar-benar akan
dilempar ke kutub utara.
“Aks! Lebih baik aku bilang Kaa-san
dulu.” Akhirnya Sakura pun mengambil keputusan. Ia berlari kembali ke dapur.
“Kaa-san...!” panggil Sakura yang berlari menghampiri Tsunade.
Tsunade menghentikan aktivitasnya
sejenak untuk melihat putrinya itu. “Ada apa? Kau ini berisik sekali,”
keluhnya. Ia melihat Sakura tidak membawa ayamnya, “Sakura, dimana ayamnya!?
Aku kan menyuruhmu untuk bawa ayamnya ke sini.”
“Kaa-san, a...ayamnya hi...hilang,
Kaa-san,” ucap Sakura dengan gugup.
“Bagaimana bisa?” tanya Tsunade bingung.
Tsunade diam sejenak. “Pasti Otou-sanmu yang melepasnya,” ucapnya
kemudian.
“Tou-san?” ucap Sakura bingung.
“Sudahlah, cepat cari ayam itu, Sakura!”
perintah Tsunade pada Sakura.
“Ba…baik,
Kaa-san!” Sakura langsung berlari keluar untuk mencari ayam Ayahnya.
“Dimana aku harus mencarinya?” gumam Sakura
pada dirinya sendiri.
--Aishiteru, Ayam—
“Hosh...hosh...hosh! ah...pah yang
hah...rus kih...tah lakukan!?” seru Naruto dengan nafas yang
tersenggal-senggal.
“Hosh! Kih...tah
harus berpencar…hosh...” jawab Sasuke yang juga
kelelahan.
“Baiklah, hosh...” jawab Naruto.
Mereka berdua pun terus berlari hingga
terlihat jalan perempatan di depan. Sedikit lagi mereka sampai di perempatan.
Naruto dan Sasuke sudah sepakat untuk berpencar maka anjing itu akan mengejar
salah satu dari mereka. Dan orang tersebut harus berjuang lebih keras lagi
untuk bisa lolos dari kejaran anjing hearder yang beringas itu.
1
Mereka sudah bersiap-siap. Dengan
aba-aba mata, Naruto dan Sasuke saling berkomunikasi.
2
Sasuke dan Naruto fokus dengan tujuan
mereka masing-masing.
3
Sasuke dan Naruto mulai berpencar. Sasuke
berbelok ke kanan, sedangkan Naruto berbelok ke kiri. Si
anjing memang sempat bimbang, tapi akhirnya ia pun memutuskan untuk mengejar
salah satu dari mereka. Tentu saja memilih yang paling mencolok, kan?
Kebe...err sialnya, Naruto saat ini memakai jaket yang di punggungnya bergambar
lingkaran yang melingkar ke dalam dengan warna merah. Itu kesialanmu, Naruto.
Si anjing memilih Naruto sebagai sasarannya.
Sasuke terus berlari dengan kencang
tanpa berani menoleh ke belakang. Ia harus segera mencari tempat persembunyian
yang aman.
--Aishiteru, Ayam—
“Ayam…!?”
panggil Sakura yang menyusuri sepanjang jalan. Orang bodoh mana yang mencari
ayam dengan memanggilnya ‘Ayam’?
“Hah, ayam itu menyusahkanku saja!” keluh Sakura sambil menundukkan kepalanya lemas.
“Apa...ak...” Kalimat Sakura terhenti
tatkala melihat pantat ayam hitam di balik semak-semak. Dia pun tersenyum.
Akhirnya, ketemulah si ayam buronan itu. Apa namanya ayam yang kabur dari
tahanan kalau bukan ‘Ayam buronan’?
Dengan perlahan dan hati-hati, Sakura
berjalan mendekati semak-semak tersebut. Jangan sampai ayam itu kabur lagi.
Kalau tidak, maka Sakura yang akan menjadi hidangan istimewa Ibunya malam ini.
Tangan Sakura sudah siap untuk menangkap
ayam tersebut. Ia langkahkan kakinya dengan perlahan.
1
2
“Hyaa!” seru Sakura yang menarik ekor
ayam tersebut. Walaupun hanya ekornya, karena semak-semak itu terlalu rimbun
sehingga tangannya tidak sampai untuk meraih ayam tersebut. Sambil memejamkan
matanya, Sakura terus menarik ekor ayam tersebut. Tapi, rasanya Sakura agak
sedikit keberatan. ‘Sejak kapan ayam menjadi kuat seperti ini?’ batinya.
“Arrg…!” Sakura
mendengar teriakan seorang laki-laki. Dan saat itu pula, Sakura merasa aneh dengan ekor ayam yang ia sentuh. ‘Kenapa bulunya lembut kayak gini ya?’ batinya.
Perlahan Sakura mulai membuka matanya.
“Waa...!” jerit Sakura seketika saat
dilihatnya seorang pemuda tampan yang berdiri di balik semak-semak, sedang memegangi rambutnya sendiri yang Sakura tarik dan
wajahnya terlihat kesakitan. Tentu saja.
‘Tunggu! Sepertinya aku kenal orang ini,’ batin Sakura.
“Hey! Apa yang…” Kalimat pemuda tampan itu terpotong saat melihat Sakura.
“Ayam!/ Jidat!” seru Sakura dan pemuda itu bersamaan.
Ternyata pemuda tampan tersebut adalah Sasuke. Yups! Sakura dan Sasuke memang sudah saling kenal. Mereka
adalah teman satu SMA saat di SMA Konoha. Hubungan mereka memang sedikit kurang
baik. Jadi, wajar saja mereka saling mencela saat bertemu. Bahkan, mereka punya
nama celaan masing-masing.
”Hey, Ayam! Apa yang kau lakukan di sini!? Jangan-jangan…” Sakura
menggantungkan kalimatnya.
“Jangan sembarangan mengambil kesimpulan, Pink!” dengus Sasuke.
Sakura hanya mengembungkan kedua pipinya. “Ya ya. Ok kalau begitu. Aku
pergi dulu ya, Ayam.” Sakura berpamitan pada Sasuke, lalu membalikkan badanya
dan pergi.
“Hey, tung…” Terlambat. Sasuke hendak memanggil Sakura, tapi Sakura
terlanjur jauh.
Sakura harus cepat mencari ayam ayahnya itu. Ia menyusuri jalan-jalan
pedesaan sambil celingak-celinguk. Kali aja itu ayam ada di selokan. Sepanjang
jalan sudah ia telusuri, tapi kenapa ayam itu tidak muncul-muncul juga. Sakura
sekali-kali menghela nafas kesal. Bahkan ia mulai berteriak tidak jelas dan
mengacak rambut pink-nya dengan frustasi, sehingga rambutnya menjadi berantakan
tak karuan.
“Ayam sialan…!!” jerit Sakura frustasi.
“Hey, Pink! Apa yang kuperbuat sehingga membuatmu frustasi seperti itu, ha!?”
sahut seseorang dari balik tiang listrik di belakang Sakura. Ia adalah Sasuke.
Tapi kenapa ia malah mengakui dirinya sebagai Ayam? Dan kenapa ia bisa ada di
balik tiang listrik? Apa ia sudah beralih profesi menjadi seorang penguntit
atau lebih parah lagi, yaitu seoarang maniak?
Sakura pun membalikkan tubuhnya begitu mendengar suara orang yang ia
kenal. “A…apa yang kau lakukan di situ, Ayam!?” tanya Sakura sedikit kaget.
“Ha! jadi, kau ini benar-benar seorang maniak!?” Sakura menjawab pertanyaan
sendiri yang juga menuduh Sasuke.
“Aku bilang jangan suka mengambil kesimpulan sendiri!” Sasuke tidak terima
dengan ucapan Sakura barusan.
“Lalu, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau mengikutiku?” tanya Sakura
yang tidak sabaran.
“Kau ini berisik sekali. Lagi pula, apa yang kau lakukan? Dan, kenapa kau
berteriak seperti orang gila seperti itu?” Sasuke malah balik bertanya.
“Itu bukan urusanmu.” Sakura hendak melangkahkan kakinya tapi langkahnya
di halangi oleh Sasuke yang berdiri di hadapannya.
“Apa yang kau lakukan? Aku sedang buru-buru. Cepat minggir!” perintah Sakura
sambil memandang Sasuke dengan kesal.
“Bisa kau menolongku!?” ucap Sasuke dengan terang-terangan dan juga
tiba-tiba, ini lebih terdengar sebuah perintah daripada sebuah permohonan.
“Maaf, tidak bisa,” jawab Sakura juga dengan terang-terangan. “Cepat
menyingkir dari hadapanku, Ayam!” perintahnya dengan kesal karena Sasuke tidak
juga menyingkir.
“Tidak.”
“Apa kau mau kupukul?”
“Coba saja kalau kau berani.”
“Kau tau kan sifatku? Aku benar-benar akan memukulmu, saat aku bilang akan
memukulmu,” ucap Sakura.
Sakura siap-siap melayangkan tinjunya ke arah wajah Sasuke. Tapi Sasuke
masih kukuh tak bergeming. Sakura mulai meluncurkan tinjuannya ke wajah Sasuke.
Tapi, tangannya terhenti tepat di depan hidung Sasuke dengan jarak yang sangat
dekat. “Kau benar-benar butuh bantuanku?” tanya Sakura lalu menurunkan
tangannya. Sasuke hanya mengangguk. “Hah, baiklah. Memangnya kau minta bantuan
apa?” tanyanya yang mulai kasihan dengan Sasuke
Sasuke lalu menceritakan semua kesialannya pagi ini yang disebabkan oleh Naruto.
“Baiklah, aku akan membantumu. Tapi, kau juga harus membantuku,” ucap Sakura.
Sasuke mengerutkan keningnya. “Bantuan apa?”
--Aishiteru, Ayam—
Pukul 6.30 malam, di kediaman Haruno.
Sakura mengendap-ngendap ke samping kamarnya. “Kau tunggu di sini!”
pesannya pada Sasuke. Sasuke hanya mengangguk patuh.
Karena Sakura dan Sasuke saking ‘asik’nya mencari ayam, hingga tanpa sadar
hari pun sudah gelap. Inilah ‘bantuan’ yang dimaksud oleh Sakura. Sasuke harus
membantu Sakura untuk mencari ayamnya, lalu Sakura juga akan membantu Sasuke.
Itulah cara bertukar jasa, menurut Sakura tentunya.
Kemudian Sakura masuk ke rumahnya melalui pintu depan. Ia melihat Tsunade
sedang menonton TV yang arahnya membelakangi pintu.
Begitu merasakan kehadiran seseorang, Tsunade pun membalikkan badanya.
Dilihatnya Sakura, “Darimana saja kau? Oto-san-mu
tadi tidak pulang. Jadi, biar saja ayamnya hilang. Sekarang cepat kau mandi
sana! Lalu kita makan bersama,” kata Tsunade pada putrinya itu.
“Baik, Kaa-san.” Sakura lalu
berlari ke kamarnya.
Sementara itu, Sasuke menunggu Sakura di samping jendela sambil sesekali
menepuk-nepuk anggota badannya yang menjadi mangsa nyamuk-nyamuk nakal yang
terus menggigitinya.
Ckrek! Duk!
Jendela di samping Sasuke pun terbuka. “Ayam…” panggil Sakura dengan suara
pelan. Dilihatnya kanan dan kiri jendela, tapi ia tak mendapati Sasuke di sana.
“Ayam, dimana kau!?” panggilnya sekali lagi dengan suara sedikit lebih keras
dibandingkan dengan yang pertama.
“Aku di sini, Baka!” sahut Sasuke yang muncul dari balik jendela sambil
memegangi hidungnya yang merah.
“Kenapa kau bisa di situ?” tanya Sakura bingung.
“Dasar Pinky! Kau menjepitku dengan jendela sialmu itu,” jawab Sasuke
dengan emosi sambil menunjuk jendela kamar Sakura.
Ternyata, penyebab hidung merah Sasuke karena terbentur jendela, yang tadi
dibuka oleh Sakura.
Sakura hanya cekikian melihat hidung Sasuke yang merah. Sasuke pun mendengus
kesal. Kemudian Sasuke dipersilahkan masuk ke dalam oleh Sakura. Sasuke
melompati jendela dan melihat-lihat kamar Sakura. “Kamarmu sempit sekali,”
komentarnya. Sakura hanya diam tak menanggapi komentar Sasuke. Sasuke pun
berjalan ke matras lantai yang biasanya
dipakai Sakura untuk tidur. Sasuke tiduran di atas matras tersebut. “Bahkan
matras tidurmu juga kecil sekali,” komentarnya, lagi.
“Sakura?” panggil Tsunade yang akan membuka pintu kamar putrinya.
Srek!
“Ah i…iya, Kaa-san?” sahut Sakura
setelah menggelar selimut untuk menutupi tubuhnya dan tubuh seseorang.
“Sedang apa kau, Sakura? Bukannya mandi malah selimutan seperti itu.
Keringatmu nanti menempel pada selimut,” oceh Tsunade pada Sakura.
“Iya iya, Kaa-san. Aku akan
segera mandi. Kaa-san ke sana dulu
saja. Nanti aku akan menyusul,” jawab Sakura.
“Baiklah.” Tsunade lalu menutup pintu kamar dan melangkah keluar.
Sakura akhirnya bisa bernafas lega. Tiba-tiba, dirasakannya di balik
selimut ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Ia segera membuka selimutnya,
dan benar saja, Sakura mendapati tangan Sasuke yang melingkar di pinggangnya
dengan santai. Sasuke tersenyum tanpa dosa saat Sakura melihatnya.
“Lepaskan, Ayam…” geram Sakura.
Buagh!
--Aishiteru, Ayam—
Pukul 8.45 malam, di kamar Sakura.
Sakura memandang jengah pada orang yang ada di depannya saat ini, yaitu
Uchiha Sasuke. Ia benar-benar dibuat stres hari ini. Orang yang selama ini
dipandang sebagai orang terpandai, sekarang malah menjadi seolah menjadi orang
teridiot di mata Sakura.
“Ayam, kau benar-benar tidak berguna hidup di dunia ini,” cela Sakura
kesal.
Bagaimana Sakura tidak kesal? Pasalnya, Sasuke tidak hafal nomor ponsel
milik Naruto, bahkan nomor telepon rumahnya saja tidak hafal.
“Lebih baik kau ke laut saja sana, Ayam!” kesal Sakura lagi dengan sangat frustasi.
Dan lebih parahnya lagi. Sakura sudah berbaik hati akan memberi uang Sasuke
untuk pulang, tapi Sasuke bilang bahwa dirinya tidak bisa naik kendaraan umum.
“Mati saja kau, Ayam!” geram Sakura, benar-benar kesal.
“Hey, jangan memakiku seperti itu!” protes Sasuke. “Aku hanya tidak hafal
nomor ponsel siapapun. Aku kan juga manusia biasa yang juga mempunyai
kelemahan,” lanjutnya mencoba mencari alasan. Dalam kondisi seperti ini sajalah,
Sasuke mengaku bahwa dirinya hanya manusia biasa.
Sakura menghela nafasnya beberapa kali. Bagaimana bisa ia bertemu dengan Sasuke?
“Baiklah. Untuk malam ini kau tidur saja di sini. Besok kau akan kuantarkan ke
rumahmu. Tapi kita tetap akan naik Bus, karena aku tidak punya kendaraan,” kata
Sakura akhirnya. Sakura memang keluarga yang sederhana. Hanya ada sepeda mini
di gudang belakang. Apa iya, Sakura harus mengantar Sasuke dengan sepedanya
itu? Itu tidak mungkin!
“Iya, tapi obati dulu lukaku ini!” pinta Sasuke yang menunjuk matanya yang
sembab karena dipukul Sakura tadi.
“Siapa suruh kau memeluk pinggangku!?” ketus Sakura. Sakura berjalan
keluar kamarnya.
Setelah beberapa menit ia pun kembali dengan baskom yang berisi air hangat
di tangan kanannya dan sebuah handuk kecil di tangan kirinya. “Sini, biar aku
kompres matamu,” ucapnya lalu mendekat ke arah Sasuke dan mengompres mata Sasuke
dengan air hangat.
“Hey, Pink. Kenapa kau selalu bersikap kasar padaku?” tanya Sasuke selagi
matanya diusap-usap Sakura dengan handuk hangat.
“Kau memang pantas mendapatkannya,” jawab Sakura di tengah aktivitasnya.
“Semua gadis menyukaiku, tapi kenapa kau tidak menyukaiku?” tanya Sasuke,
lagi.
Sejenak Sakura menghentikan kegiatannya. “Tidak ada alasan bagiku untuk
menyukaimu.” Ia pun melanjutkan kegiatannya kembali.
“Benarkah begitu?” tanya Sasuke meyakinkan.
Sakura menghentikan kegiatan mengompres mata Sasuke. Ia menyerahkan handuk
hangat di tangannya pada Sasuke, “Kau kompres sendiri. Aku mau tidur,” ucapnya.
Sakura lalu berbalik dan memasang sebuah karpet di lantai. Ia mengambil guling
untuk digunakannya sebagai alas kepala.
“Kenapa kau tidur di lantai?” tanya Sasuke.
“Aku yakin kau tidak akan mau tidur di lantai. Kau kan orang kaya, jadi
mana bisa kulitmu yang lembut itu beradaptasi dengan dinginnya lantai,” jawab Sakura
datar.
“Tapi, kita kan bisa tidur di matras ini berdua. Matras ini cukup untuk
kita berdua,” ucap Sasuke tanpa dosa.
Sakura memutar bola matanya. “Apa kau tidak tahu batasan seorang laki-laki
dan perempuan?” tanya Sakura malas.
“Tentu saja aku tahu itu, tapi kau juga tidak bisa seperti itu. Aku janji
tidak akan berbuat macam-macam padamu,” ucap Sasuke dengan sungguh-sungguh.
“Hah, baiklah. Asal kau tidak berisik lagi, aku akan tidur di matras.” Sakura
lalu naik ke atas matrasnya. ‘Hah…nyamannya,’ batin Sakura.
Sakura dan Sasuke pun mulai memejamkan matanya masing-masing. Berbgai
selimut di malam yang dingin ini.
--Aishiteru, Ayam—
Pukul 5.45 pagi, di kamar Sakura.
“Emmh…” lenguh Sakura saat ia mulai membuka kedua matanya dengan perlahan.
Dan semakin jelas penglihatannya. Pertama-tama yang ia lihat adalah dada
bidang. ‘Dada bidang milik siapa ini?’ tanyanya dalam hati. Lalu hidungnya
mencium sebuah aroma maskulin yang khas. ‘Oh, tidak!’ seru Sakura dalam hati.
Dengan perlahan, ia mulai mendongakkan kepalanya untuk memandang wajah orang
yang sekarang dada bidangnya tepat di depan wajahnya. Matanya terbelalak kaget.
Dan…
“Aarrrgghh…!!!” jerit Sakura keras. Keras sekali hingga orang yang ada di
depannya terbangun. Pemuda yang bertelanjang dada itu kaget dengan teriakan
yang super keras milik Sakura. Matanya masih sangat mengantuk. Ia lalu mengucek
matanya untuk memperjelas pandangannya. Tentu saja pemuda itu adalah Sasuke,
Uchiha Sasuke. Siapa lagi kalau bukan dia?
Tap tap tap
“Kau kenapa, Sakura!?” tanya Tsunade dengan nada cemas yang langsung
membuka pintu kamar Sakura untuk memastikan tidak terjadi apa-apa pada putrinya
itu. Bahkan alat masak pun ikut terbawa olehnya, karena Tsunade saat ini sedang
memasak sarapan untuk putrinya dan dirinya sendiri.
Dengan reflek pula, Sakura langsung menarik selimutnya dan menutupi tubuh Sasuke
beserta tubuhnya. “A…aku tidak apa-apa, Kaa-san.
Ta...tadi aku hanya mimpi buruk saja,” jawab Sakura dengan gugup. Lalu
dirasakanya ada yang meniup-niup lengannya. Dan itu membuat Sakura merinding
karena lengan bajunya memang pendek.
“Apa kau benar tidak apa-apa?” tanya Tsunade lagi karena ada sesuatu yang
aneh pada ekspresi wajah Sakura.
Sakura menahan rasa gelinya, “I…iya, Kaa-san. A…aku tidak apa-apa.”
“Hah, syukurlah kalau kau tidak apa-apa,” ucap Tsunade lega. Tsunade lalu
mencium bau yang tidak sedap dari arah dapur, seperti bau hangus. “Ya ampun! Masakanku!”
jeritnya lalu berlari kembali ke dapur. Ckckck.
Pletak!!
“Aw!” pekik Sasuke karena kepalanya dijitak oleh Sakura.
“Apa yang kau lakukan, Ayam baka mesum!?” geram Sakura.
--Aishiteru, Ayam—
Pukul 7.30 pagi.
Sasuke keluar melalui jendela, sedangkan Sakura siap-siap dan mengambil
jaketnya. Saat Sakura akan keluar, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia
melihat meja belajarnya, “Sepertinya ada yang hilang, tapi apa ya?” gumamnya.
“Ah, mungkin hanya perasaanku saja.” Sakura lalu berjalan keluar kamar
untuk menghampiri Sasuke.
Sakura dan Sasuke segera ke halte Bus. Begitu ada Bus yang berhenti,
merekapun langsung naik.
Suasana dalam Bus terlihat sangat ramai sekali. Untung saja Sakura dan Sasuke
mendapatkan tempat duduk. Sakura duduk di dekat jendela sambil memandang pemandangan
yang ada di luar.
Sedangkan Sasuke di sampingnya sedang menahan diri agar tidak mabuk darat.
Wajahnya begitu pusat, padahal Bus tersebut baru berjalan 5 menit yang lalu.
“Pink, apa…tidak sebaiknya…kita naik Taksi saja?” tanyanya dengan suara yang
aneh.
“Aku tidak punya uang banyak untuk membiayaimu. Lagi pula, rumahmu kan
sangat jauh dari sini,” jawab Sakura masih memandang luar jendela.
“Tapi aku benar-benar sudah tidak tahan~” ucap Sasuke yang suaranya mulai
terdengar lemas.
Sakura melihat keadaan Sasuke yang terlihat sangat memprihatinkan.
Wajahnya semakin pucat dan penuh dengan keringat. Bahkan nafasnya mulai tidak
teratur. Walau bagaimanapun juga, Sakura masih punya perasaan. Ia merasa
kasihan melihat keadaan Sasuke yang seperti itu.
“Kalau begitu, kau tidur saja dulu!” perintah Sakura lalu menuntun kepala
ayam Sasuke ke pundaknya. “Lagi pula, perjalannya masih jauh. Nanti aku akan membangunkanmu
jika sudah sampai,” lanjutnya.
Tanpa disadari Sakura, Sasuke menarik sudut-sudut bibirnya membentuk
sebuah senyuman tipis sambil memejamkan matanya, sedangkan Sakura kembali
menatap pemandangan di luar dengan perasaan yang tidak karuan. Sepertinya ini
akan menjadi perjalanan yang panjang bagi Sakura.
--Aishiteru, Ayam—
Pukul 11.00 siang, di depan kediaman Uchiha.
“Lain kali jangan lupa bawa ponsel atau uang lagi! Dasar Ayam!” cela Sakura
sambil tersenyum menyeringai pada Sasuke.
“Apa kau benar-benar tidak mau kuantar?” tanya Sasuke meyakinkan.
“Iya, aku bisa jaga diriku sendiri,” jawab Sakura.
“Ya, aku bisa melihat itu.” Sasuke tersenyum mengejek.
“Kalau begitu aku pulang ya. Selamat tinggal.” Sakura berpamitan sambil
mengangkat tangannya sekilas. Sakura membalikkan badanya. Ada rasa enggan untuk
melangkahkan kakinya, tapi atas alasan apa ia harus tetap di sini? Sakura terus
melangkahkan kakinya dan secara perlahan tapi pasti, ia mulai menjauh dari tempat
Sasuke berdiri sekarang.
“Tunggu!” Suara Sasuke berhasil menghentikan langkah Sakura, tapi ia tak
berani berbalik menghadap Sasuke, karena itu akan semakin membuat Sakura sulit
untuk meninggalkan Sasuke.
“Apa kau benar-benar tidak menyukaiku?” tanya Sasuke tiba-tiba.
Sakura terdiam sejenak. “Ya, bahkan aku membencimu,” jawab Sakura yang
masih membelakangi Sasuke. Matanya mulai berkaca-kaca.
“Kenapa kau tidak bilang jujur saja padaku, Pink?” ucap Sasuke. Sasuke
lalu dengan pelan berjalan mendekati Sakura.
Sakura dengan cepat berbalik, “Apa mak~” kalimatnya terpotong karena di
depannya ada Sasuke yang berdiri sangat dekat dengannya. Ia hanya bisa melihat
dada bidang Sasuke, karena tinggi badan Sakura jauh di bawah Sasuke. Itu
membuat jantungnya berdetak cepat tidak karuan, tapi Sakura mencoba untuk
mengendalikan emosinya.
“Kalau begitu, buktikan jika kau benar-benar tidak menyukaiku,” ucap Sasuke
sambil melihat Sakura.
Sakura menaikkan sebelah alisnya, “Bagaimana caranya aku membuktikannya?”
tanya Sakura.
“Cium aku!” jawab Sasuke singkat.
“A…apa…?” ucap Sakura kaget. “Ke…kenapa aku harus melakukan itu?” tanyanya
bingung.
“Karena hanya dengan cara itulah, aku baru bisa memastikan bahwa kau
memang tidak menyukaiku. Lagi pula, kita kan sudah pernah melakukannya sekali,
jadi tidak masalah, kan.”
Seperti yang dikatakan oleh Sasuke, dirinya dan Sakura memang pernah
ciuman. Hanya saja, itu karena ketidak sengajaan.
“I…itu kan kecelakaan,” ucap Sakura yang mulai gugup. “A…aku tidak mau!”
tolaknya kemudian.
“Seharusnya kau tidak keberatan jika kau memang tidak menyukaiku. Ini kan
bukan ciuman pertamamu,” kata Sasuke.
“Tetap saja aku tidak bisa melakukannya,” tolak Sakura lagi.
“Apa benar kau tidak mau melakukannya? Jangan-jangan… di dalam hatimu kau
ingin melakukannya,” goda Sasuke lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Sakura.
Sakura terlihat panik, jantungnya mulai berdetak tidak karuan lagi. “Hey,
a...apa yang akan kau lakukan, Ayam!?”
“Menciummu,” jawab Sasuke tanpa dosa.
“Menjauh dariku!” perintah Sakura yang tidak digubris oleh Sasuke.
Jarak Sakura dan Sasuke yang sudah sempit itu semakin sempit. Sakura
mencoba mundur, tapi pinggangnya ditarik oleh tangan kekar Sasuke untuk lebih
dekat lagi dengannya. Tangan kanan Sasuke digunakannya untuk mendorong belakang
kepala Sakura agar lebih dekat lagi dengannya.
Wajah mereka pun semakin dekat. Sasuke menundukkan kepalanya, semakin dekat
dan dekat, sedangkan Sakura berusaha keras untuk mengatur detak jantungnya agar
tidak berdetak lebih cepat lagi, karena jantungnya saat ini benar-benar mau copot.
Gerak tubuh Sakura sudah terkunci, ia hanya bisa pasrah. Sakura pun memejamkan
matanya dan menahan rasa yang aneh di dalam dadanya. Darahnya mendesir cepat
saat deru nafas Sasuke menerpa wajahnya.
“Aku hanya bercanda, Pink,” bisik Sasuke tepat di telinga Sakura. Tentu
saja Sakura terkejut. Ia segera membuka matanya. “Aku tidak perlu bukti ini
lagi, karena aku sudah mengetahuinya,” sambung Sasuke lalu menjauhkan tubuhnya
dari tubuh Sakura.
Sakura benar-benar bingung. Ia tidak mengerti maksud Sasuke. “Maksudmu
apa?” tanyanya.
“Aku sudah tahu kalau kau memang menyukaiku,” ucap Sasuke dengan PD.
“Ha?” Sakura cengo dengan perkataan Sasuke barusan. Kenapa Sasuke begitu
PD sekali mengatakan itu?
“Bukti kedua kalau kau menyukaiku adalah dari ekspresimu tadi. Kau
terlihat gugup,” ucap Sasuke.
“A…aku…” Sakura mulai gugup lagi. “Hey! Kalau itu bukti yang kedua,
berarti sudah ada bukti yang pertama,” Sakura menyadari sesuatu walaupun ia
masih juga bingung.
“Ya, kau benar, Pink. Dan bukti yang pertama adalah…” Sasuke membuka
ranselnya dan mengeluarkan sebuah buku berukuran buku tulis biasa yang ber-Hard cover pink, “…ini,” lanjutnya.
Begitu melihat warna bukunya saja Sakura bisa mengenali buku tersebut.
“I…itu kan bukuku…” ucapnya kaget. ‘Bagaimana bisa buku itu ada di tangan si
Ayam itu?’ tanyanya dalam hati.
Buku Pink tersebut adalah buku harian Sakura yang berisi tentang semua
perasaannya terhadap Sasuke semenjak SMA. Dan secara tidak sengaja, Sasuke
menemukannya di atas meja belajar Sakura, saat Sakura makan malam bersama Tsunade.
Karena Sasuke penasaran, akhirnya ia pun membacanya. Terungkaplah semua isi
hati Sakura terhadap Sasuke selama 7 tahun ini. Dan perasaan Sakura terhadap Sasuke
tidak berubah sama sekali sampai sekarang.
“Jadi, benar ini milikmu?” tanya Sasuke dengan seringai yang menghiasi
wajah tampannya.
“Kembalikan buku itu padaku, Ayam!” pinta Sakura.
“Berarti kau memang menyukaiku, kan? Aku sudah membaca semua, tanpa
terkecuali,” kata Sasuke penuh dengan kemenangan.
“Ka…kau ini bi..bicara apa?” tanya Sakura pura-pura tak mengerti.
“Apa perlu aku membacanya?” tawar Sasuke dengan nada menggoda.
“Cepat kembalikan!” pinta Sakura lagi, tapi tetap saja Sasuke tidak
menuruti kata-katanya. Bahkan Sasuke mulai membuka halaman pertama buku
tersebut.
“Aishiteru, Ayam…” Sasuke membaca tulisan pada halaman pertama dengan
seringai sambil melirik Sakura. “Dari judulnya saja sudah jelas kau menyukaiku.
Apa ada ‘Ayam’ lain yang kau sukai?” tanyanya penuh dengan kemenangan.
Sakura lalu berlari ke arah Sasuke untuk mengambil kembali bukunya, tapi
saat berlari, ia tersandung oleh kakinya sendiri.
“Aaa…!!!” seru Sakura yang tubuhnya mulai tertarik oleh gravitasi bumi,
matanya terpejam, takut merasakan sakit di tubuhnya.
Bruk!!
Tapi Sakura tidak merasakan sakit sedikitpun. Bahkan ia merasa aneh pada
bagian bibirnya. Sakura mulai berfikir yang tidak-tidak. Dengan segera ia
membuka matanya. Betapa terkejutnya ia, Sakura melihat wajah Sasuke yang begitu
dekat dengan wajahnya. Dugaan Sakura memang benar, bibirnya bersentuhan dengan
bibir jahil Sasuke. Sakura jatuh di atas tubuh Sasuke. Jantung Sakura yang tadi sudah menjadi normal
sekarang malah menjadi berdetak kencang sekali, bahkan lebih kencang dari yang
sebelumnya. Ada desiran aneh pada dadanya.
Hampir 3 menit Sakura dan Sasuke bertahan dalam posisi seperti itu. Hingga
ada sesuatu yang mengganggu adegan romantis ini.
“Ya ampun Sakura!!” jerit seorang laki-laki paruh baya, rambut panjang dan
bermata tajam seperti mata ular yang terkejut dengan pemandangan yang
disuguhkan oleh Sakura dan Sasuke di depan matanya. Laki-laki tersebut adalah Orochimaru.
Seketika itu Sakura dan Sasuke menoleh ke sumber suara, “Tou-san!/ Sensei!” ucap mereka berdua kaget secara bersamaan. Sakura dan Sasuke
langsung berdiri dan membenahi penampilan mereka yang sedikit berantakan.
“Apa yang kalian lakukan? Astaga!” jerit Orochimaru dengan panik.
Sakura dan Sasuke saling memandang satu sama lain saat menyadari sesuatu.
“Apa kau bilang tadi?” tanya kedua orang itu, lagi-lagi secara bersamaan.
“Tunggu, kau tadi menyebutnya ‘Otou-san’?”
tanya Sasuke bingung.
“Iya. Karena dia adalah ayahku,” jawab Sakura.
Sakura dan Sasuke malah sibuk dengan perbincangan mereka tanpa memperdulikan
bahwa ada Orochimaru di sana, yang ternyata adalah ayah Sakura. Orochimaru
sudah seperti kambing congek saja, diantara putrinya dan Sasuke.
--Aishiteru, Ayam—
Pukul 12.00 siang, di ruang tamu kediaman Uchiha.
“Kau tidak boleh mendekati putriku, sebelum kau lulus ujianku dengan nilai
tertinggi!” kata Orochimaru tegas pada Sasuke. Image Sasuke sekarang sudah menajdi jelek di mata dosennya itu.
Pasalnya, ia sudah tidak mengumpulkan tugas yang telah diberikan Orochimaru
padanya.
Sasuke hanya bisa menerima nasipnya. Percuma melawan dosen satu ini, jadi Sasuke
hanya bisa menuruti apa mau dosennya ini. “Iya, Sensei.”
“Baiklah kalau begitu, sebaiknya aku pulang terlebih dahulu. Nanti malam
aku akan kembali untuk memberi bimbingan padamu. Ayo Sakura, kita pulang!, ”
ajak Orochimaru lalu berdiri dan berjalan terlebih dahulu.
Sakura lalu berdiri, ia melihat ke arah Sasuke. Tangannya membawa buku
hariannya yang sudah ia dapatkan kembali dari Sasuke. Ia berjalan mendekati Sasuke.
“Ya, aku memang menyukaimu, Sasuke. Aku tidak bisa mengelaknya lagi, karena kau
sudah membaca buku harianku,” ucapnya.
“Ya, itu memang benar. Lalu?” tanya Sasuke dengan seringainya.
Cup.
Tiba-tiba Sakura mencium pipi Sasuke dengan cepat. “Aishiteru, Ayam,”
bisiknya lalu menaruh buku hariannya di telapak tangan Sasuke, “Ini untukmu
saja.” Ia tersenyum manis pada Sasuke dan segera melangkahkan kaki mengikuti Ayahnya.
Sasuke hanya diam membatu. Sasuke merasa pipinya memanas. Ia terperangah
dengan apa yang Sakura lakukan baru saja padanya. Secara perlahan ia mengelus
pipi yang tadi dicium oleh Sakura. “Ashiteru moo, Jidat,” gumamnya sambil
tersenyum saat memandang kepergian Sakura.
Sakura menjajari langkah Ayahnya. “Tou-san
tidak jadi ke luar kota?” tanyanya.
“Tidak, Tou-san harus membimbing
kedua mahasiswaku yang tidak mengumpulkan tugas. Jadi, aku batalkan kepergianku
ke luar kota,” jawab Orochimaru.
“Ooh.” Sakura hanya ber-Oh- ria.
--Aishiteru, Ayam—
Pukul 13.30 siang di kediaman Haruno.
Pyar! Brak! Bugh!
Terdengar suara gaduh dari dalam dapur. Semua alat masak dilempar Tsunade dengan garang. “Dasar suami sialan!!
Kenapa kau melepaskan hidangan istimewa kita!?!” makinya terhadap suaminya,
yaitu Orochimaru sambil mengejar suaminya.
“Aku minta maaf,” ucap Orochimaru yang berlari keluar rumah mencoba
menghindari ‘meteor-meteor’ dari istrinya.
“Jangan harap kau bisa kembali ke rumah ini, setelah apa yang kau perbuat
ya suami sialan!!” maki Tsunade lagi. Seperti yang dikatakan oleh Sakura,
Tsunade sangat mengerikan saat marah. Apalagi Orochimaru sudah melepaskan ayam
yang akan menjadi makan siang kemarin.
“Sepertinya aku harus ke rumah Sasuke sekarang,” gumam Orochimaru yang
masih terus berlari.
Sedangkan Sakura hanya senyum-senyum sendiri di kamarnya, tanpa terganggu
sedikitpun oleh keributan orang tuanya yang terjadi di halaman depan. Ckckck,
sepertinya cinta sudah membuatnya lupa daratan.
Ashiteru, Ayam
THE END