efek

Selasa, 30 April 2013

Review Komik m&c! yang Sudah Pernah Kubaca

SELAMAT ULANG TAHUN m&c! Comic~!! Yang ke-10~~!!! Yee~~~




Nah, kali ini aku mau posting review komik-komik yang sudah pernah aku baca seumur hidup. Walaupun nggak semuanya aku sebutin di sini. Soalnya banyak juga yang sudah kubaca, jadi kebanyakan ada yang lupa. Soalnya dulu aku cuma pinjem di rentalan komik. Dan akhirnya sekarang sudah punya lumayan juga koleksi komik. Kebanyakan dari m&c! tapi tetep aja nggak aku jabarin semuanya, soalnya kalau aku tulis semua, pasti butuh waktu 3 hari 2 malam untuk membacanya. Hehehe 
Yak, kita mulai ya?

REVIEW KOMIK m&c! YANG SUDAH PERNAH AKU BACA

  1. My Sweet Kaicho by Hiro Fujiwara

Komik ini menceritakan tentang seorang cewek tangguh yang bernama Ayuzawa Misaki. Ia adalah seorang ketua OSIS yang kerennn, galak, tomboy, dan mandiri. Tapi ternyata, dibalik semua sifat ‘maco’nya itu, ia berkerja sebagai maid di Maid Latte. Padahal kan semua siswa di sekolah tempat sekolah Misaki tidak boleh bekerja sambilan. Dan gawatnya lagi, ada seorang cowok satu sekolah dengannya memergokinya sedang kerja sambilan. Namanya, Usui Takumi si alien mesum, tentu saja itu nama panggilan yang diberikan oleh Misaki pada Usui.
Cerita ini kerennnnnn banget. Apalagi Usui-nya ganteng. Hehehe… dan komik ini masih bersambung sampai saat ini, walaupun begitu, komik ini tidak pernah membuatku bosan. Dan, tentu saja membuatku tidak sabar menunggu volume berikutnya.
Pokoknya, buat para penggemar komik cewek, yang suka romantis-romantis, baca deh komik yang satu ini. Ini komik juga komik favoritku yang nomer 1. Romantissss abis! Dijamin, setelah kalian baca ini komik, kalian akan bilang, “Oh~ romantis banget, sih~” gitu. Hehehe… :-D 

 2.  Electric Daisy by Motomi Kyousuke

Nah, kalo komik ini bercerita seputar Hacker. Yang tokoh utama ceweknya bernama Teru dengan tokoh utama cowok bernama Kurosaki, yang juga disebut sebagai Daisy. Jadi Daisy itu adalah hacker hebat, tapi hacker baik. Ia melindungi Teru dari kejahatan orang-orang yang akan mencelakainya dan orang-orang yang ada disekitar Teru.
Aku suka banget komik ini, karena baru kali ini aku baca komik berat yang keren banget ceritanya. Ada komedinya juga. Ohya, ada romance-nya juga kok.  Pokoknya, kalian nggak bakal nyesel deh kalau baca komik ini. Ini komik favoritku yang nomer 2, setelah My Sweet Kaichou 

3.  A Kiss For Money by Hwang Mi Ree



Seorang cowok ganteng Soe Hyun harus menjual jasa ciumannya demi untuk membeli sebuah motor. Semua gadis yang ingin mendapatkan ciumannya harus membayar 5000 won/ ciuman yang berdurasi 1 menit. Lalu datanglah Su Young, cewek polos yang niatnya mau memberi perhitungan pada Soe Hyun, tapi malah terjadi kesalah pahaman di sini yang mengakibatkan Su Young harus kehilangan ciuman pertamanya yang direbut oleh Seo Hyun.
Cerita ini, cerita korea the best, menurutku. Keren banget. Yang suka komik korea maupun jepang, harus koleksi ini komik. Selain dikoleksi, tentu saja harus dibaca.  dijamin, nggak bakal mau berhenti kalau udah baca ini deh. Komik ini juga Cuma sampai vol. 7. Udah tamat, tenang aja. Jadi nggak perlu nunggu-nunggu update. 

4.  A Bad Cinderella by Hwang Mi Ree
Nan Hee, cewek cantik yang jago berantem yang harus tinggal dengan Ibu tirinya di Seoul. Hari pertama di Seoul, ia sudah terlibat perkelahian. Yang awalnya sih mau nolongin seorang cowok yang dekeroyok, namanya Gong Myung. Tapi, Gong Myung malah tidak terima kalau ia ditolong. Aneh. Tentu saja Nan Hee jengkel, lalu ia pun menciderai Gong Myung dengan menginjak lengannya sehingga membuat Gong Myung harus menginap di rumah sakit.
Pengarangnya sama denga A Kiss For Money. Ceritanya juga nggak kalah seru. Aku paling suka kalau tokoh utama ceweknya itu jago berantem. Keren banget. Ceritanya lain daripada yang lain. Bisanya kan Cinderella itu cantik, anggun, manis, lembut. Tapi yang ini, jagoan, cantik juga sih. est, pokoknya cepat cari ini komik. Komik ini juga udah tamat di vol. 10. 

5.  Luna Lunatic by Iisaka Yukako

Komik yang satu ini bercerita tentang seorang gadis bernama Luna yang tanpa sengaja menemukan Vampir cowok ganteng yang bernama Mao. Dan karena ‘sesuatu’, Mao jadi patuh dengan Luna. Tapi tetap saja Mao sebenarnya tidak mau patuh dengan manusia, apalagi manusia itu seorang cewek. Kadang mereka berantem, tapi ternyata… dibalik semua itu, mereka mempunyai rasa. 
Komik ini komik Fantasy yang keren banget. Humor, Romance, semua ada.  Komik ini hanya ada 2 volume. Ya lumayan lah. Walau menurutku, ceritanya kurang panjang. Hehehe 
Ada satu tambahan cerita pendek di vol.2. Judulnya With you. Walau bukan si tokoh utama yang diceritain di dalm cerita ini, tapi tetep keren. Karena cerita ini menceritakan kisah cinta tangan kanan si raja iblis Mao yang bernama Roki. Mau tau ceritanya? Cepat baca, walaupun ini komik udah lama banget terbitnya,  Tetep kerennya nggak lunturrr.

6.  My Gantle Wolves by Shiiba Nana
Nah, kalau komik ini bercerita tentang seorang cewek bernama Meguri yang dititipkan ke sebuah keluarga tema Ayahnya. Keluarga kaya, harmonis, dan ada 2 cowok kakak adik yang keren, sesuai dengan impian si cewek tersebut. Mereka bernama Hiyu (kakak) dan Hakuto (adik). Tapi ternyata, 2 cowok itu sangat dingin dan nakal. Bahkan kedua kakak adik itu terang-terangan berkata bahwa mereka ingin menyingkirkan Meguri dari rumah mereka. Ternyata ini adalah nereka bagi Meguri. Tapi walaupun begitu, Meguri tahan banting. Ia bertekat akan menakhlukkan kedua ‘srigala’ tersebut.
Dan tanpa di sadari Meguri, lama-kelamaan ia menyukai Hakuto. Tapi tetap saja mereka selalu saja berantem. Tapi akhirnya mereka bisa bersatu  mau tau gimana ceritanya? Cepet baca ya! Hehehe...
Cerita keren, gambar keren. Pokoknya, kerennnn. Humornya bikin ngakak. Nyentuh, romantis. Ide cerita menurutku memang mirip anime Itazura Na Kiss, tapi tetap beda jalan ceritanya.  Coba deh baca komik ini, bakal ngakak dan bilang, “Oh~ So sweeeetttttttttt…” hehehe…

7.  My Annoying Sensei by Shiiba Nana

Komik ini bercerita tentang seorang cewek bernama Tamami Hara yang populer di kalangan cowok-cowok. Banyak cowok-cowok yang menembaknya, tapi Tamami Hara selalu menolak mereka semua. Hingga ia terpaksa bilang bahwa ia menyukai seorang guru yang bernama Pak Kunugi, yang ternyata pada saat itu Pak Kunugi ada di belakangnya. Karena kecerobohannya itu, ia harus mendapat hukuman dari gurunya tersebut.
Komik ini juga keren, seperti komik karang Shiiba Nana lainnya. Ada 4 cerita oneshot juga di dalamnya. Beneran keren deh. Kalian semua, harus baca ini! #maksa :P
Ada My Teacher is a Liar, Santa Claus Panic!, Love index 0%, My Teacher ia Really a Liar. Cerita-cerita ini keren-keren lho!  jangan lupa baca! #ngebet

8.  My Medicine by Takamiya Satoru


My Medicine adalah komik best seller yang bercerita tentang seorang gadis penyihir yang harus lulus dalam ujiannya. Inori (nama gadis penyihir tersebut) ditugaskan untuk membuat ‘obat cinta’, sehingga ia harus homestay di rumah Aoi, cowok yang akan menjadi target percobaanya. Tapi ternyata, Aoi tidak seramah yang dipikirkan Inori. Bahkan Aoi juga bisa menggunakan sihir dengan baik. Inori selalu seja kena sihir Aoi. Lalu bagaimana ya, caranya agar Aoi bisa jatuh cinta dengan Inori, sehingga Inori bisa lulus?
Nah, untuk komik ini, aku acungi 4 jempol, deh. Tidak salah ada predikat Best Seller. Ini memang buaaagus bangeeet. Hehehe  Aku suka banget cerita ma gambarnya yang keren banget. Apalagi ceritanya tentang sihir. Ohya, tidak lupa juga ada romance dan humornya lho. Ayo ya untuk kalian-kalian semua para penggemar komik cewek, koleksi dan baca ini komik. Dijamin, gak bakal nyesel. 

9.  Love Class by Ayumi Rin

Love Class, komik ini bercerita tentang seorang gadis bernama Ran yang sudah ditolak cowok sampai 18 kali! Ckckck. Banyak amat, ya. Lalu Ran naksir cowok keren yang bernama Takashima. Karena ingin sekali menjadi pacarnya Takashima, Ran akhirnya mengikuti Love Class yang tidak sengaja ia temukan saat pulang sekolah. Awalhnya Ran juga tidak mengetahuio kalau di sekolahnya ternyata ada Love Class saat sore hari. Ternyata eh ternyata, gurunya itu galak abis, walaupun wajahnya keren dan tampan banget.
Komik yang keren. Ceritanya juga nggak mbosenin. Ini komik oneshot terfavoritku. Gambarnya juga keren.
Selain Love Class, ada tambahan 2 cerita pendek. Incomplete Love Song dan The Forgotten One. Cerita-cerita ini juga nggak kalah kerennya, tentu saja romantis. Aku rekomendasikan deh buat kamu-kamu yang suka cerita humor, romance. Baca ini komik, dijamin nggak bakal stress. Hehehe 

10.  Miracle Kiss by Nashizuki Uta

Komik Nashizuki Uta ini bercerita tentang seorang cewek yang bernama Yuu. Gadis yang bisa melihat hantu. Tapi karena keahlian ini, para cowok menjadi menjauhinya. Bahkan pacarnya dulu memutuskannya karena hal ini. suatu hari ia bertemu dengan seorang cowok yang tubuhnya dipenuhi dengan hantu. Banyak sekali hantu yang bergelantungan dan menempel di tubuh cowok tersebut. Dan tanpa sengaja, mereka berciuman. Ajaibnya, semua hantu yang menempel di tubuh cowok tersebut semua hilang.
Ini komik bener-bener keren. Romance-nya keresa banget lho. Ceritanya juga bangus dan ringan. Di dalam komik ini juga ada 4 cerita pendek lainnya. Yang tentu saja juga keren-keren. Ada Husband from the future, Piano Sonata, Masked Love, Love Condition. Jangan lupa baca juga yang ini.

11. Flower in The Shadow by Yu Tomofuji


Flower in The shadow ini bercerita tentang seorang gadis bernama Hibana yang mempunyai kemampuan untuk menenangkan hati Kemono (semacam siluman gitu lah). Lalu gadis itu bertemu dengan seorang pemuda pembasmi kemono yang bernama Tsugumi. Tapi sayangnya, Tsugumi ini angkuh dan dingin. Walaupun begitu, ia selalu menyelamatkan Hibana saat mengalami bahaya. Hingga suatu hari Tsugumi menceritakan sebuah rahasia kepada Hibana.
Cerita fantasy yang keren. Aku suka banget. Walaupun ini komik fantasy, tapi nggak berat kok.  Ceritanya ringan dan ada humornya, romance-nya juga lho. Jadi, kalian harus baca ya… hehehe 
Ada satu cerita tambahan lagi lho. Ini juga keren. Tentang ilmu pengetahuan. Dan tentang mesin waktu. Judulnya A Boy Who Dreamed to be a Man. Tentang seorang anak laki-laki kecil yang menggunakan mesin waktu untuk menjadi dewasa. Ia ingin sekali dipandang sebagai seorang laki-laki dewasa oleh seorang gadis SMA tetangganya yang setiap menjadi teman bermainnya. Mau tau cerita selanjutnya? Baca yah! #mujuk

12.  Love Confusion by Kuze Mizuki

Aki si cewek tomboy yang pernah ditolak oleh cowok bernama Fumiya. Akhirnya ia benar-benar jadi tomboy yang udah akut. Karena ia pernah mengalahkan seorang cowok bernama Toomi, Toomi pun jadi jatuh cinta padanya. Lalu tiba-tiba, Fumiya kembali. Aki harus memilih salah satu diantara mereka berdua.
Ceritanya keren. Banyak makna yang bisa diambil dari cerita ini.  pokonya keren, deh. Aku suka ini.
Di dalamnya juga ada cerata tambahan Love Confusion Extra dan 1 cerita pende berjudul Radical Kiss, serta satu cerita Radikal extra. Ini bercerita tentang robot cewek yang suka dengan majikannya. Seru deh... baca yah!

Nah, itu dia review segelintir dari sejibun komik aku. Hehehe  walaupun nggak semua, tapi itu semua bisa mewakili semua komik-ku. Yang intinya, semuanya keren! Banyak makna yang bisa kita ambil dibalik semua cerita-cerita komik tersebut.
Kebanyakan komikku dari m&c! Ya… selain ceritanya seru-seru, kualitasnya juga bagus. Kualitas kertas dan gambarnya bagus. Gambarnya bisa jelas.  karena itulah aku suka semua komik dari m&c! Itu sih yang selama ini jatuh ke tanganku semua dalam keadaan baik, dan SEMPURNA. 
Sedikit sih saran untuk m&c!, Sering-sering aja ngadain kuis kayak gini. Hehehe 
Kalau kritik sih, kayaknya nggak ada, soalnya udah bagus semua… pertahankan semua ini 

Ohya, satu kali lagi ya…”SELMAT ULANG TAHUN, m&c!”  yang ke-10 
Biar tambah sukses, dan semakin berkualitas 

Selasa, 19 Februari 2013

Lov[eB]asket-SasuSaku Fanday

Dedicated for SasuSaku Fanday
Lov[eB]asket
Author : Naumi Megumi
Pairing : SasuSaku
Rate : T
Genre    : Romance, Humor
Disclaimmer    :
Naruto © Masashi Kishimoto

Summary:
Sequel dari Putri tidur I dan Putri tidur II (Cuma perlu baca yg part II untuk lebih memahami cerita ini)
Sakura membantah keras saat sasuke bilang bahwa sakura menyukai sasuke. Untuk membuktikannya, sasuke menantang sakura untuk bertanding basket. Lalu, bagaimanakah hasilnya? Silahkan baca!

Warning:
Sequel dari Putri tidur I dan Putri tidur II (Cuma perlu baca yg part II untuk lebih memahami cerita ini)
Serba OOC, gaje, dll. Twoshot. Membaca fic ini dapat menyebabkan mual-mual, susah tidur, dan masih banyak lain. Judul tidak nyambung.

Ayo baca! Terima kasih 
DON’T LIKE DON’T READ
Jangan Lupa RnR-nya
Selamat membaca! ^_^


Sakura meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan yang terjuntai ke bawah dengan lemas. Badanya benar-benar lelah seusai pelajaran olahraga. Bagaimana tidak? Guru Guy menyuruh Sakura dan seluruh teman satu kelasnya untuk lari mengelilingi lapangan basket sebanyak 8 kali. Oh~ betapa capeknya. Untung saja jam pelajaran olahraga sebelum jam istirahat. Jadi setelah olahraga yang sangat melelahkan itu, ia bisa istirahat dengan puas.
“Ino~” panggil Sakura bergumam dengan lirih. Sakura mengernyitkan dahinya kala sahabatnya itu tak kunjung menjawabnya. Biasanya Ino akan selalu stand by di samping Sakura saat sedang di kelas. “Ino!” sebutnya mencoba memanggil Ino dengan suara yang lebih keras. Sakura lalu membalik kepalanya yang tadinya menghadap ke dinding menjadi ke kanan, ke tempat duduk Ino. “Kyaaaaa!!!”
Bruk!
Coba tebak, kekacauan apa yang terjadi? Siapa juga yang biasanya membuat kekacauan di kehidupan Sakura yang tenang ini? Sasuke. Yup. Tidak lain dan tidak bukan adalah Sasuke. Uchiha Sasuke, cowok paling menyebalkan seduani, tentu saja itu menurut Sakura. Lain orang lain pendapat. Kalau menurut pada fansgirlnya Sasuke, Sasuke adalah cowok terpintar, ter-cool, tertampan, dan tersempurna di seluruh muka bumi ini.
Sakura terjatuh dari bangkunya dan berteriak karena saat ia membalikkan kepalanya ke sisi lain, ternyata di sana ada wajah si kepala ayam yang sangat dekat dengan wajahnya. Hanya berjarak beberapa centi, bagaimana Sakura tidak kaget. Apalagi Sasuke menaruh kepalanya juga di atas meja.
“Kau kenapa?” tanya Sasuke dengan wajah tanpa dosanya.
“Yang seharus bertanya itu aku!” sembur Sakura lalu berdiri. Ia berbalik ke belakang. Yang benar saja. Ino sedang duduk bersama Sai. Apalagi mereka sedang bercanda. Oh ya ampun! Kenapa sikap Ino berubah setelah acara tahun baru kemarin? Tidak. Tidak hanya ino saja, tapi juga teman-temannya yang lain. Temari, Hinata, Tenten, sebenarnya ada apa dengan mereka semua?
Ngomong-ngomong soal acara tahun baru, Sakura menjadi teringat kembali kejadian ‘itu’, saat dirinya dan Sasuke ehem… berciuman. Membayangkan kejadian ‘itu’ wajah Sakura mendadak menjadi memanas.
“Hey! Kau kenapa, hime?” tanya Sasuke membuyarkan lamunan Sakura.
“A-apa?” tanya Sakura balik tidak jelas. “Cepat kembali ke bangkumu, dasar ayam!” usir Sakura.
“Sebenarnya aku lebih suka di sini. Dan selain itu…” Sasuke menoleh ke arah Ino dan Sai yang sedang asiknya mengobrol, “aku tidak mau mengganggu kebahagiaan mereka berdua,” lanjutnya lalu menatap Sakura kembali dengan senyum yang menggoda.
Sakura kembali duduk ke bangkunya dan menopang dagu. “Lagipula, kenapa Ino menjadi aneh seperti itu? Padahal dari dulu ia keras sekali menolak Sai, tapi sekarang ia malah lengket dengan si wajah pucat itu,” gerutu Sakura sambil mengembungkan kedua pipinya.
Sasuke ikut duduk, ia duduk di samping Sakura. “Kau tahu?” bisik Sasuke pada Sakura. Sakura menatap Sasuke malas tanpa menjawab. “Ino dan Sai, mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih,” ujur Sasuke. Sakura membelalakkan matanya tak percaya.  Bagaiman bisa? Setahunya Ino sangat tidak suka saat didekati oleh Sai.
“Tidak hanya mereka berdua saja…” Sasuke kembali berbisik. Sakura menaikkan sebelah alisnya penasaran. “Tenten dengan Neji, shikamaru dengan temari. Mereka juga sudah resmi pacaran,” lanjutnya.
‘Bagaimana bisa mereka sudah pacaran? Kenapa hanya aku saja yang tidak tahu?’ tanya Sakura dalam hati. “Lalu baaimana dengan Naruto dan Hinata?” tanya Sakura yang mulai tertarik dengan bahan perbincangan Sasuke. Sakura tahu bahwa Naruto sangat tergila-gila dengan Hinata. Cowok tengil itu selalu saja mengambil kesempatan saat Neji tidak ada di dekat Hinata untuk mendekati Hinata. Tapi Sakura berfikir bahwa Hinata tidak akan jatuh ke pelukan laki-laki penggemar ramen itu.
“Mereka memang tidak—ah lebih tepatnya belum resmi pacaran,” jawab Sasuke dengan wajah seriusnya.
Sakura sedikit lega mendengar kabar tersebut. Tapi kemudian ia tersadar sesuatu, “belum, katamu?” tanyanya.
“Ya,” jawab Sasuke. “Cepat atau lambat, mereka pasti akan pacaran. Mereka memang saling menyukai.” Sasuke mengambil kesimpulan.
“Menurutku, Hinata tidak menyukai Naruto. Cowok tengil kayak gitu, mana mungkin Hinata menyukainya,” sanggah Sakura.
“Kau salah besar.” Sasuke tersenyum penuh arti pada Sakura. “Hinata menyukai Naruto sebesar Naruto menyukainya,” ujuarnya.
Sakura mendelik ke Sasuke. Bagaimana Sasuke bisa tahu soal kayak gini? Bukankah Sasuke orang yang cuek dengan urusan orang lain? “Bagaimana kau bisa tahu?” selidiknya.
Sasuke tidak langsung menjawab pertanyaan Sakura, tapi ia malah menyentuh pipi Sakura yang sedikit gemuk itu dengan jarinya. Sakura hanya bisa diam dan mengernyitkan dahinya tak mengerti. “Kau ini kan sama-sama perempuan, bagaimana kau sebegitu tidak pekanya?” tanya Sasuke sambil tersenyum. Sakura masih belum mengerti dengan maksud Sasuke. Sadar dengan reaksi Sakura yang masih bingung, Sasuke segera membuka mulutnya lagi, “setiap Naruto mendekati Hinata, wajah Hinata menjadi berseri dan memerah. Apalagi kalau bukan ia menyukai Naruto?” tanya Sasuke.
Sakura melongo. Benar-benar wajah yang polos. Dan itu membuat Sasuke menarik sudut bibirnya lagi untuk membentuk sebuah senyuman. Sakura kembali masuk ke dalam dunia pikrannya sendiri. Ia berpikir kenapa dirinya tidak menyadari itu? Ah, betapa tidak pekanya dirinya. Apalagi ia juga seorang perempuan, bahkan dirinya sendiri juga mengalaminya. Hah? Apa? Juga? Memangnya kau sedang meyukai siapa, jidat? Sasuke, eh?
Sasuke mengamati wajah Sakura yang terlihat polos. Karena gemas, tanpa sadar ia manarik pipi Sakura hingga membuat Sakura kembali ke dunia nyatanya.
“Aks!” pekik Sakura kala otot-otot pipinya merengang, tentu saja itu sakit. “Apa yang kau lakukan, ayam!?” murkanya begitu tahu sang pelaku utama yang mencubit pipinya.
“Mencubit pipimu,” jawab Sasuke tanpa dosa.
Mendengar jawaban dan melihat wajah tanpa dosa Sasuke membuat Sakura ingin memukul wajah tampan sang uchiha bungsu tersebut. “Jangan melakukan sesuatu hal dengan seenak jidatmu!” kesal Sakura.
“Eits! Jangan bicara soal jidat! Semua orang tahu, bahwa yang mempunyai jidat lebar itu hanya kau sendiri,” sanggah Sasuke dengan nada sangat amat menyebalkan.
Gigi Sakura bergeletuk geram. Ia lebih memilih untuk mencoba menahan amarahnya. Karena semakin ia menanggapi Sasuke, justru dirinyalah yang akan semakin kesal sendiri. Ia kembali memikirkan tentang teman-temannya. Sakura menolehkan kepalanya untuk melihat Hinata yang duduk di depan, di sana juga ada Naruto. Di belakang, ada Neji yang sedang murka, tapi untung saja ada Tenten yang menenangkannya.
Sakura mengamati wajah Hinata. Yang benar saja, apa yang dikatakn oleh Sasuke memang benar. Ia melihat Hinata yang tersipu begitu didekati oleh Naruto. Hah~ selama ini Sakura memang sudah salah sangka.
Sakura lalu memutar kepalanya mengarah ke belakang, tepat ke bangku Sai. Di sana ada Sai dan Ino. Sakura mengamati Ino yang tertawa saat Sai menceritakan sesuatu, bahkan sesekali Ino juga terlihat tersipu. Entah apa yang di ucapkan si pucat itu pada sahabatnya.
“Kau lihat sendiri, kan?” gumam Sasuke kemudian bertopang dagu. “Walaupun Ino selalu bilang ‘benci’ pada Sai, tapi jauh di dalam lubuk hatinya ia ‘benar-benar cinta’ dengan Sai,” komentarnya.
Sakura membalikkan tubuhnya menghadap kedepan kembali. “Ya, sepertinya kau benar,” sahut Sakura.
“Aku memang benar,” ucap Sasuke dengan bangga. “Bahkan kau sendiri juga sedang merasakan apa yang sedang dirasakan oleh teman-temanmu,” ucapnya sambil menatap Sakura dengan sebuah seringai.
Mengerti apa yang dimaksud Sasuke, seketika wajah Sakura memerah. “A-apa yang kau maksud?” tanyanya pura-pura tak mengerti. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya ia membenarkan maksud Sasuke tadi, tapi tetap saja Sakura tidak mau mengakuinya.
“Kau juga selalu bilang aku menyebalkan, bilang benci padaku. Siapa tahu ternyata kau menyukaiku seperti Ino yang menyukai Sai,” tuduh Sasuke.
“M-mana mungkin! Jangan ke-GR-an jadi orang!” sanggah Sakura.
“Baiklah jika teoriku yang pertama salah. Tapi masih ada teori yang kedua.” Sasuke menatap Sakura dengan pandangan aneh. Sedangkan Sakura hanya was-was menunggu Sasuke membeberkan teorinya yang kedua. “Kau juga selalu tersipu saat di dekatku. Itu berarti kau menyukaiku, kan?” Sasuke mengambil kesimpulan sendiri.
“Ka-kata siapa? Enak saja! Wajahku merah bukan karena tersipu, tapi marah!” bantah Sakura keras. “Apalagi tadi kau bilang apa? Aku didekatmu? Jangan bermimpi di siang bolong, ayam! Sejak kapan aku mendekatimu. Justru kau yang selalu mendekatiku, dasar ayam jelek!” seru Sakura sambil menunjuk-nunjuk ke wajah Sasuke.
“Ya, aku yang selalu mendekatimu,” jawab Sasuke enteng.
“Aha! Akhirnya kau mengakuinya juga!” pekik Sakura tertawa penuh dengan kemenangan. “Itu berarti kau yang menyukaiku, bukan aku yang menyukaimu,” seringainya.
“Ya, aku memang menyukaimu,” jawab Sasuke dengan begitu entengnya, lebih enteng dari yang tadi.
“Ha?”
Blush
Sakura membuka mulutnya tanpa berkata apa-apa seperti orang bodoh. Tampangnya benar-benar polos dan menggemaskan. Sakura mengajukan tuduhannya karena ia mengira bahwa Sasuke akan membantahnya, tapi…kenyataannya malah kebalikannya. Sasuke dengan terang-terangan mengakui kalau dirinya menyukai Sakura. ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Beberapa kali Sakura mencoba menolak kenyataan ini. Dan apa ini? Sakura merasakan wajahnya memanas? Oh tidak. Dengan segera Sakura menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Sial, tuduhan yang dilemparkan oleh Sakura malah berbalik padanya.
“Kenapa wajahmu merah, hime?” tanya Sasuke lagi-lagi membuyarkan pikiran Sakura. “Jangan-jangan kau memang suka denganku?” tanya Sasuke memasang seringainya, tapi kali ini seringai bangga, karena ia sekarang lebih yakin lagi bahwa Sakura benar-benar menyukainya. Dan satu lagi, Sasuke menyukai Sakura yang sedang tersipu.
Sakura buru-buru melepas tangannya dari wajahnya. “Aku bilang, aku tidak suka denganmu, pantat ayam jelek!” serunya sambil menunjuk hidung mancung Sasuke.
“Bagaimana kalau kita tanding basket?” aju Sasuke tiba-tiba.
“Ha?!” seru Sakura dan beberapa orang yang sudah berkumpul di sekitar Sasuke dan Sakura. “Ha?” tambah Sakura saat menyadari bahwa ada suara lain selain suaranya. Sakura kaget saat melihat Tenten, Neji, Hinata, Naruto, Sai, dan Ino sudah berkumpul mengelilinginya dan Sasuke. “Kalian kenapa jadi ikut-ikutan, sih!?” tanya Sakura kesal.
“Hehe..maaf Sakura, habisnya kalian keliatan asik banget ngobrolnya. Jadi kami pengen ikutan gitu,” jawab Ino sambil nyengir.
“Ngobrol apanya coba?” gumamnya pelan dengan kesal.
“Tapi, aku masih tidak mengerti dengan maksud Sasuke,” gumam Naruto memasang wajah serius. Merasa sependapat, Ino dkk pun mengagguk.
“Iya, sebenarnya apa maksudmu yang tiba-tiba mengajak Sakura tanding basket?” tanya Neji sambil melihat ke arah Sasuke dengan penasaran. Yang lain juga beralih ke Sasuke, termasuk Sakura.
“Kita bertanding basket untuk menentukan masa depan kita,” ucapnya beralih meihat Sakura. “Jika aku kalah, aku akan menganggap kau tidak menyukaiku—“
“Tunggu!” potong Sakura. “Kau bilang ‘menganggap’? Aku memang tidak menyukaimu, dasar ayam petok jelek!” geramnya.
Sasuke malah tersenyum mendengar protes Sakura. Entah kenapa Sasuke sangat menyukai moment seperti ini. “Ya, terserah hime sajalah.” Sasuke memasang kembali senyum cool-nya. Sakura berdecih. “Tapi, jika aku menang, kau harus menjadi pacarku,” lanjut Sasuke dengan entengnya.
“Huh?!” seru Sakura, Ino, Hinata, Tenten, Neji, Neji dan Sai. “Hey! Seharusnya hanya aku yang kaget! Kenapa kalian juga ikut kaget, sih?” kesal Sakura sambil menatap teman-temannya.
“Jangan seenak jidatmu, ya! Aku tidak mau!” tolak Sakura sambil melipat kedua lengannnya di depan dada.
“Kau harus mau. Atau kau mau jadi kekasihku tanpa ada perlawanan sama sekali?” seringai Sasuke. Sakura mendelik. “Jika kau memang tidak menyukaiku, buktikan. Menanglah dalam pertandingan ini. Kau kan juga tidak bodoh dalam bermain basket,” tantang Sasuke.
“Benar kata Sasuke,” sahut Naruto.
“Ya,” tambah Sai. “Itu benar,” sahut Neji. “Sasuke benar, jidat,” tambah lagi Ino. Tenten dan Hinata hanya mengangguk setuju. Sedangkan Sakura, ia mendelik pada semua orang di sana. Ia benar-benar kesal. Ia juga merasa dipojokkan. Tidak ada yang berpihak padanya. Ini benar-benar menyebalkan bagi sakura, namun menyenangkan bagi Sasuke.
“Baiklah. Baiklah!” seru Sakura akhirnya menyetujui tantangan Sasuke. Sasuke tersenyum kemenangan.
Sasuke lalu berdiri dari bangkunya, “Baiklah, ayo kita mulai sekarang.”
“Tap—“
“Akan lebih seru jika waktunya sempit,” potong Sasuke saat Sakura hendak membantah. Dengan santainya Sasuke berjalan keluar kelas. “Jika kau tidak mau sekarang, berarti kau kalah,” tambahnya sebelum  ia benar-benar keluar kelas.
“Aaarrggh! Pantat ayam jelek!” teriak Sakura frustasi sambil menjambak rambut merah mudanya.
Dengan serempak teman-teman Sakura pun juga keluar, mengikuti Sasuke menuju ke lapangan basket. “Ayo cepat, jidat!” ajak Ino sebelum ia hilang ditarik Sai. Sakura pun menjadi geram sendiri. “Kaliaannnn!!!”
--Lov[eB]asket—
Di sinilah sekarang. Lapangan basket. Sakura yang awalnya frustasi karena keputusan Sasuke yang sepihak, kini semakin friustasi lagi, bahkan ia hampir gila. “Inoo!” seru Sakura frustasi sambil memandang Ino dengan sangat mematikan. Tentu saja Sakura frustasi. Sebelum Ino dkk ke lapangan basket, mereka sempat-sempatnya pengumuman ke seluruh kelas untuk berumpul di lapangan basket. Alhasil, disekitar lapangan basket banyak sekali siswa-siswa. Apalagi Sakura harus menerima tatapan maut dari fansgirl Sasuke. Sakura hampir gila dibuatnya, hingga beberapa kali ia memijit pelipisnya, mencoba menghilangkan sedikit nyeri yang menghinggapi kepalanya.
“Kau kenapa, hime? Sebegitu senangnya saat akan menjadi kekasihku,” goda Sasuke sambil memasang senyum menyebalkan bagi Sakura.
Sakura mendelik pada Sakura. “Urusai! Ayo cepat selesaikan permainan bodoh ini!”
Lagi-lagi Sasuke menyeringai, “dengan senang hati.”
“Ayo Sasuke! Semangat!” seru Ino dengan antusiasnya sambil mengangkat tinggi-tinggi tangannya. Tentu saja Sakura tambah mendelik pada Ino.
“Kau lihat, kan?” seringai Sasuke. “Bahkan sahabatmu sendiri ingin kita pacaran,” gumamnya.
“Urusai!” seru Sakura jengkel.
“Hey, Ino. Seharusnya kau mendukung sahabatmu,” tegur Tenten.
“Memang kenapa? Aku juga lebih suka jika Sakura dan Sasuke pacaran. Mereka memang pasangan yang serasi,” jawab Ino. “Lagipula, Sasuke sudah berjanji untuk memberiku pulsa gratis jika aku mendukungnya,” bisik Ino pelan agar tak ada yang mendengarnya. Ya ampun!
“Apa?” tanya Tenten saat ia mendengar Ino bergumam.
“Ah, tidak kok,” jawab Ino sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
“Baiklah!” teriak Neji, sang ketua kelas di tengah lapangan basket yang akan menjadi wasit pertandingan. Sasuke dan Sakura pun sudah siap di posisi masing-masing. “Pertandingan ini sama seperti pertandingan basket pada umumnya. Hanya saja, waktunya yang sedikit menyempit dan...” Neji memandang Sakura dan Sasuke sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya, “tidak ada peraturan dalam permainan ini. Jadi, mendorong lawan, menjegal atau yang lainnya, masih dibenarkan dalam pertandinga. Kecuali jika saling menusuk dengan senjata tajam,” lanjut Neji sekaligus mengahkhiri pengumumannya.
Sakura menyeringai. Itu berarti ia bebas melakukan apa saja untuk menghalangi Sasuke. Dan...tentu saja pada akhirnya ia akan menang. Yaha...! soraknya dalam hati.
Sasuke juga menyeringai saat melihat Sakura menyeringai. Sepertinya ia sudah merencanakan sesuatu untuk kemenangannya.
“Kalian mengerti?” tanya Neji memastikan sambil memandang Sakura dan Sasuke secara bergantian. Mereka berdua mengangguk serempak. “Bersiap...” Neji mulai mengangkat bola basket yang ada di tangannya. Sakura memasang wajah serius, sedangkan Sasuke memasang wajah santai. “Mulai!” seru Neji bersamaan dengan ia melempar bola basket tersebut ke atas.
Dengan gerakan cepat, Sasuke langsung mengambil alih bola. Tentu saja, secara ia lebih tinggi dari Sakura. Sedangkan Sakura merutuki Sasuke beberapa kali. Dengan mudahnya pula, Sasuke menggiring bolanya mendekati ring. Dengan gaya yang sangat cool-nya, Sasuke menembakkan bolanya.
Shut.
Dengan mulusnya, bola masuk ke dalam ring. Tembakan pertama milik Sasuke. Dengan bangganya, Sasuke menoleh pada Sakura dan memasang seringai kebanggannya. “Kau sedikit menyukaiku,” gumamnya. Entah apa yang ia maksudkan.
“Aku tidak akan kalah darimu!” seru Sakura mengulurkan tangannya dan menunjuk-nunjuk hidung mancung Sasuke. Tanpa Sakura sadari, bahwa baru saja ia mengumpankan tangannya untuk dimangsa oleh Sasuke. Dengan cepat, Sasuke memegang telapak tangan Sakura dan...
Slrup...
Dengan memasang wajah err...sexy-nya, Sasuke menjilat punggung tangan Sakura.
“Kyaaa!!!” teriak seluruh siswi yang ada di sekitar lapangan, termasuk para fansgirl Sasuke. Hey! Dimana sang pemilik tangan? Kenapa tidak ada suara darinya?
Sakura memasang tampang ngeri sambil memandang tangannya yang menjadi korban oleh uchiha Sasuke. Ia sangat syok, benar-benar syok. Bahkan ia sampai tidak bisa mengeluarkan suaranya. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung berlari keluar lapangan. Semua orang beralih melihat ke arah Sakura, termasuk Sasuke. Semua penonton bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan oleh gadis berambut pink tersebut.
Tanpa disangka-sangka, Sakura berlari ke tepi lapangan. Lalu, ia menyalakan keran air yang ada di sana. Ia mencuci tangannya. Semua penonton benar-benar tidak bisa menebak tindakan Sakura. Banyak yang iri saat melihat Sakura tadi, tapi Sakura? Ia justru sebaliknya.
Begitu selesai mencuci tangannya, Sakura berlari kembali ke tengah lapangan. “Ayam mesum jelek! Awas kau ya!” ancamnya. Ia lalu mendekati Sasuke.
Kress...
Sakura dengan sekuat tenaganya menginjak kaki kanan Sasuke. Sasuke hanya bisa meringis kerasakitan menahan diri untuk tidak berteriak. “Rasakan itu!” desis Sakura sedikit puas.
“Walaupun kau sebegitu keras kepala, tapi aku yakin kau juga menyukaiku,” ucap Sasuke dengan penuh keyakinan.
“Urusai! Ursai! Urusai!” seru Sakura. “Cepat selesaikan ini. Waktunya tinggal sedikit!” perintahnya. Waktu istirahat memang tinggal 5 menit lagi. Dengan waktu yang sesempit itu, Sakura harus segera mencetak point yang lebih tinggi dari si ayam itu.
Sakura menyeringai, inilah saatnya untuk membalikkan kedudukannya dengan Sasuke. Ia segera mengambil bola yang tergeletak di tepi lapangan. Dengan segera, tanpa membuang-mbuang waktu, ia langsung meng-shoot bola tersebut ke dalam ring dari samping. Tembakan satu poin, sama dengan Sasuke.
Sakura menghampiri Sasuke sambil memasang seringainya penuh dengan kemenangan. “Kau lihat? Aku tidak akan kalah darimu! Ayam jelek!” seru Sakura bertolak pinggang.
Sasuke balas menyeringai. Ia kemudian melonggarkan dasi merahnya dan membuka semua kancing baju seragamnya.
“Kyaaa!!!” teriak seluruh siswi yang melihat adegan lepas baju Sasuke. Di tengah lapangan basket, Sasuke membukaseragam atasannya dengan sangat cool. Badan sixpack-nya terpampang dengan jelas. Banyak siswi yang berjatuhan pingsan karena tidak bisa menahan diri saat melihat kesempurnaan sang Uchiha yang terlalu kelewat batas. Bahkan Sakura sendiri sudah memerah wajahnya. Dengan segera Sakura menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ini benar-benar memalukan sekaligus mempesona.
Dengan kilat Sasuke berlari untuk ke arah bola yang tergelatak di dekat tiang riang.
“Tinggal 1 menit lagi!!” seru Neji tiba-tiba. Dan itu membuat Sakura sadar. Sakura segera mencari si pantat ayam. Matanya memicing kala melihat Sasuke yang berlari ke arah bola berada.
Dengan cepat Sakura segera mengikuti Sasuke. Sasuke berhasil mendapatkan bolanya. Ia sudah bersiap untuk menembakkan bolanya ke dalam ring, tapi tiba-tiba ada sebuah tubuh dengan tangan keatas yang menghalangi pandangannya. Itu Sakura. Sakura berdiri tepat di hadapan Sasuke dengan tangan yang mencoba menghalangi jalan bola yang akan ditembakkan oleh Sasuke.
“Aku sudah bilang, aku tidak akan kalah darimu,” desis Sakura dengan percaya diri. Ia bahkan tidak sadar bahwa dirinya dalam bahaya besar. Coba bayangkan, jarak mereka sangat dekat....dekat sekali.
Sasuke menyeringai, “tidak semudah itu.” 
Cup.
Dengan gerakan kilat dan singkat, Sasuke mencium jidat lebar Sakura.
“Kyaa!!”
“Wuaaa!”
“Sasuke-kuuunnn!!”
Semua fansgirl Sasuke berteriak histeris dan lagi-lagi ada yang pingsan. Sedangkan Sakura? Ia tidak bisa bergerak sama, sekali saat ini dengan wajah yang benar-benar merah dan benar-benar mendidih.
Sasuke memasang seringai kemenangan. Dengan cepat ia menghindar dari Sakura yang sedang mematung tidak jelas. Hanya dengan tembakan satu point, Sasuke bisa memenangkan pertandingan ini dan berakhirlah sudah.
Bruk!
Bola sedikit membentur lingkaran ring basket, namun tetap masuk.
Teng teng teng.
Dan akhirnya, lonceng tanda istirahat usai pun berbunyi.
Bruk!
“Sakura!” teriak Ino begitu melihat sahabatnya yang ada di tengah lapangan basket tumbang. Sasuke langsung membalikkan badanya saat Ino berteriak. Ia melihat Sakura sudah tergeletak tidak berdaya. “Sakura…” Sasuke buru-buru menghampiri Sakura, begitu pula dengan teman-temannya yang lain.
Sasuke mengangkat tubuh bagian atas Sakura. “Sakura, sadarlah!” Sasuke menyentuh lembut pipi Sakura. Tak ada reaksi yang berarti dari Sakura. warna bibir Sakura juga mnejadi pucat. Keningnya penuh dengan keringat dingin. Sasuke semakin cemas saat merasakan suhu yang sedikit tinggi kala tangannya menyentuh dahi Sakura.
Dengan cekatan, Sasuke menggendong Sakura ala bridal style. “Tolong ijinkan kami pada guru Kakashi!” pinta Sasuke pada teman-temannya sebelum pergi.
Ino hendak menyusul Sakura dan Sasuke namun ada tangan yang menggenggam pergelangan tangannya. Ino menoleh pada orang yang menahannya. “Serahkan semuannya pada Sasuke. Percayalah!” ucap Sai lembut mencoba menenangkan Ino.
--\(o.o)/--
“Uchiha!?” pekik Shizune-sensei, sang petugas UKS yang terkejut begitu melihat Sasuke berdiri di depan pintu dengan telanjang dada sambil menggendong Sakura yang tidak sadarkan diri.
“Hey! Apa yang mau kau lakukan pada Haruno, uchiha!?” tanya Shizune-sensei galak. Err… sepertinya ada kesalah pahaman di sini. Tapi, bagaimana Shizune tidak salah paham? Seorang pemuda bertelanjang dada menggendong seorang gadis yang tidak sadarkan diri, coba pikirkan. Bagaimana reaksi orang-orang yang melihat adegan seperti ini. Mereka pasti berpikir yang bukan-bukan. Nah, itu dia yang sedang dipirkan oleh Shizune. Itu wajar.
“Dia pingsan. Tolong!” pinta Sasuke singkat dan jelas yang membuyarkan pikiran negatif Shizune.
Begitu mengerti keadaan yang sebenarnya, Shizune segera menyuruh Sasuke untuk membawa Sakura masuk dan membaringkannya di tempat tidur. Dengan segera, Sasuke melakukan seperti yang diperintahkan Shizune. Ia benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Sakura.
“Tolong lepas juga sepatunya!” perintah Shizune sambil mengambil peralatan medisnya.
Sasuke membelalakkan matanya saat melepas sepatu Sakura. Ia mendapati kaos kaki putih Sakura penuh dengan darah.
“Astaga!” pekik Shizune terkejut ketika melihat darah yang ada di kaos kaki Sakura. “Hati-hati melepasnya,” bisiknya kala Sasuke melepas kaos kaki Sakura dengan perlahan.
Lagi-lagi Sasuke dan Shizune dibuat terkejut dengan apa yang ada dibalik koas kaki Sakura. terlihat bagian tumit ke atas kaki Sakura diperban dan yang lebih mirisnya lagi adalah perban tersebut dipenuhi dengan darah.
“Sakura…”
Shizune mengamati perban Sakura. “Bagaimam bisa?” gumamnya terkejut. “Perban ini sudah lama terpasang, tapi kenapa tidak diganti?” tanyanya entah pada siapa. Sasuke lalu ikut melihatnya.
Deg!
Sasuke lagi-lagi harus dibuat kaget karena perban yang ada di kaki Sakura tersebut adalah perban yang dipasangkannya saat malam tahun baru saat kaki Sakura berdarah karena sepatu costum drama yang ia pakai terlalu kecil. Ini benar-benar sulit dipercaya. Perban yang dipasang sejak tahun baru, sampai sekarang belum pernah diganti. Padahal sudah hampir 2 bulan. Sebenarnya apa yang ada dipikiran Sakura?
“Aku harus mengganti perbannya!” Shizune hendak mengambil kotak P3K-nya, namun Sasuke sudah mendahuluinya. “Biar aku yang menggantinya! Tolong periksa keadaan Sakura!” pinta Sasuke serius. Ia pun segera mengambil kotak P3K.
--\(o.o)/--
Sasuke membersihkan dan mengobati luka Sakura dengan sangat hati-hati dan penuh dengan kelembutan. Shizune yang melihat seorang uchiha bersikap hangat seperti itu pun hanya terheran-heran. Pasalnya baru pertama ia melihat Sasuke perhatian pada orang lain, apalagi dengan seorang gadis. ‘Haruno memang hebat!’ pujinya dalam hati. Ia pun tersenyum.
“Haruno pingsan karena menahan sakit di kakinya,” kata Shizune begitu selesai memeriksa Sakura. “Ia benar-benar gadis yang kuat. Padahal aku tadi melihat kelas kalian disuruh lari keliling lapangan oleh guru Guy,” ujarnya sambil memandang Sakura dengan kekaguman. Sedangkan Sasuke masih memandangi Sakura dengan pandangan yang khawatir.
“Lukanya sudah lama, tapi tidak kunjung sembuh karena perbannya tidak dibuka dan diganti,“ ujar Shizune. “Tapi setelah ini, haruno akan baik-baik saja. Percayalah!” ujar Shizune menenangkan Sasuke.
“Hn,” jawab Sasuke singkat.
Shizune melirik jam dinding yang ada di ruang UKS. “Aku ada urusan sebentar, jadi tolong jaga Haruno!” pinta Shizune sambil melepas jas putihnya.
“Hn,” sahut Sasuke.
“Dan jangan macam-macam padanya,” canda Shizune lalu mengambil tasnya. “Jaa~” Shizune pun akhirnya keluar ruang UKS. Sasuke duduk di kursi samping tempat tidur Sakura. Tangannya terus menggenggam tangan Sakura dengan erat.
“Kenapa kau lakukan ini, Sakura?” tanya Sasuke pada Sakura yang masih tidur. Sasuke lalu membungkukkan badanya, wajahnya ia dekatkan pada wajah Sakura.
Dengan perlahan, Sasuke mengarahkan bibirnya pada bibir mungil Sakura. Bibir mereka akhirnya menempel dengan lembut dan pasti. Sasuke memejamkan matanya, mencoba untuk memberikan Sakura kekuatan.
Tak lama kemudian, Sakura mulai membuka kedua matanya dengan perlahan. Ia merasakan sesuatu yang basah di bibirnya dan ia juga melihat sepasang mata yang terpejam. Sakura mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya.
Mata Sakura membelalak lebar begitu tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya, terutama pada bibir mungilnya yang basah. Dengan segera Sakura mendorong bahu kekar Sasuke sekuat tenaga. “Hah... hah... hah... apa yang kau lakukan, ayam mesum!?” tanya Sakura dengan nafas yang sedikit terengah karena efek ciuman dari Sasuke tadi.
“Sakura...” Bukannya menjawab, Sasuke malah memeluk Sakura dengan erat tapi lembut. “Syukurlah kau baik-baik saja,” ucapnya dengan lega.
Sakura yang tadinya hendak mendorong Sasuke lagi menjadi mengurungkan niatnya. Ia merasakan bahu Sasuke bergetar dan ia juga bisa merasakan kecemasan yang begitu besar pada diri Sasuke. Sakura tersenyum tulus kemudian membalas pelukan Sasuke. “Aku baik-baik saja. Terimakasih, Sasuke,” bisiknya lalu memperdalam pelukannya.
Sasuke dan Sakura lalu melepas pelukan mereka. Mata mereka saling bertemu. Tiba-tiba wajah mereka menjadi merah saat sadar dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
“Dasar jidat jelek!”
“Aw!” Sakura memekik sakit kala Sasuke mendaratkan sebuah jitakan yang tak begitu keras pada kepala merah muda Sakura.
“Kenapa kau tidak mengganti perbanmu, dasar bodoh!?” kata Sasuke galak. Baru pertama Sakura melihat Sasuke marah, namun ada nada cemas di kalimatnya.
“Itu...” Wajah Sakura memerah, “karena....”
“Lain kali jika kau ingin mengganti perbanmu, mintalah padaku!” potong Sasuke seolah-olah tahu isi hati Sakura.
Sakura tersentak mendengar perkataan Sasuke. Ia lalu tersenyum gembira. Hanya Sasuke lah yang paling mengerti perasaannya. Sakura tidak ingin mengganti perbannya karena ia tidak mau  menghilangkan kenangan saat Sasuke memperpan kakinya.
“Sasuke...hiks!” Sakura malah menangis karena terharu dengan perhatian Sasuke padanya. Tanpa menjawab apapun, Sasuke meraih bahu Sakura lalu memeluknya. “Terimakasih, Sasuke,” bisik Sakura lagi.
Sasue melepaskan pelukannya dan memandang Sakura dengan seringai tipis di bibirnya. “Aku sudah pernah bilang, kan? Cara berterima kasih padaku itu tidak seperti itu,” ucapnya mengingatkan. Sakura menaikkan sebelah alisnya. Sasuke menjawab dengan menyodorkan pipinya ke arah Sakura. “Jika kau ingin berterima kasih, cium aku!” perintahnya sambil menyeringai.
Sakura tersenyum. Dengan cepat ia menempelkan bibir lembutnya ke bibir tipis Sasuke. Perbuatan yang tidak terduga ini membuat Sasuke terkejut, namun akhirnya ia pun menikmatinya.
“Terimakasih atas semua perhatianmu. Aku menyukaimu,” bisik Sakura setelah mengakhiri ciumannya dengan wajah yang memerah. Sakura tahu bahwa dirinya menyukai Sasuke, tapi ia baru menyadari sekarang bahwa dirinya sangat tergila-gila dengan rivalnya ini, Sasuke uchiha.
“Itu berarti kita pacaran!” sebuah pernyataan keluar dari bibir Sasuke secara sepihak. Sakura hanya mengangguk. Sasuke lalu merangkak ke arah Sakura dengan perlahan. “Di sini tidak ada siapa-siapa. Bagaimana jika kita melakukannya sekarang, hn?” bisik Sasuke dengan senyumnya yang mesum.
Sakura membelalakkan matanya kala menyadari bahwa Sasuke bertelanjang dada. Oh ya ampun! Wajah Sakura seketika menjadi merah seiring Sasuke yang semakin mendekatinya. “H-hey ayam! A-apa yang mau kau lakukan?” tanya Sakura dengan suar terbata.
“Tenang. Ini tidak akan sakit,” ucap Sasuke semakin mendekati Sakura dengan tampang mesumnya yang masih belum hilang dari wajah tampannya.
“Me-menjauh dariku, dasar ayam mesum~!” teriakan Sakura terdengar aneh karena suaranya yang gugup. Dan sialnya lagi, jantung Sakura berdetak kencang sekali.
“Kenapa? Bukannya kita sudah pacaran?” satu seringai muncul lagi di wajah Sasuke.  Ia terus mendekati Sakura tanpa memperdulikan Sakurayang sudah terlihat panik karena ulahnya.
Sakura sudah tidak tahu lagi apa yang akan terjadi dengannya. Membayangkannya saja ia tidak berani. Ia memejamkan kedua matanya dengan erat.
Cup.
Sakura merasakan ada benda yang basah menempel di jidatnya yang lebar. Ia membuka kedua matanya. Ia melihat leher putih Sasuke begitu dengan dengan wajahnya. Itu menambah kegugupannya. Tiba-tiba wajahnya menjadi merah.
Sasuke mencium kening Sakura dengan lembut. Tak lama kemudian ia melepaskannya dan memandang Sakura dengan seringai. “Kenapa wajahmu merah? Jangan-jangan kau memikirkan sesuatu yang mesum?” godanya.
Pletak!
“Aks!” pekik Sasuke begitu Sakura menjitak kepalanya dengan sedikit keras.
“Dasar ayam jelek!” umpat Sakura sambil memanyunkan bibirnya. “Ohya, Sasuke!” sejenak Sakura menyadari sesuatu. “Waktu itu kau pernah bilang semua orang yang berterima kasih pdamu harus kau cium atau kau yang mencium mereka. Lalu, sudah berapa orang yang mengucapkan ‘terimakasih’ padamua?” selidik Sakura. Walau bagaimana pun juga tetap saja Sakura akan cemburu jika laki-laki yang ia sukai dicium atau mencium orang lain, walaupun itu juga seorang laki-laki.
“Satu orang,” jawab Sasuke singkat.
“Siapa?”
“Kau.”
“Aku? Maksudku selain aku.” Sakura mencoba meminta jawaban yang lebih memuaskan.
“Hanya kau. Karena aku hanya berbuat baik padamu,” jawab Sasuke sambil tersenyum.
Blush!
Seketika wajah Sakura menjadi merah dan memanas.


-----SELESAI-----
Celoteh Author:
Happy SasuSaku Fanday~!!!!
Maaf fic-nya jelek, dan endingnya tidak sesuai harapan. Maaf sekali. m_m

Jadi, tolong kritik, saran, concrit, dll-nya yah ^-^
Arigatou ^-^
“Happy SasuSaku Fanday~~!!!”
MAKASIH
N
KEEP SMILE! 

 Lov[eB]asket Fanfiction.Net

Jumat, 15 Februari 2013

Kipas Dan Lingkarasn-Oneshot


Kipas dan Lingkaran
by Naumi Megumi
Disclaimer: Naruto, Sakura, Sasuke milik Masashi Kishimoto

Pair: SasuSaku
Warning:
Drabble, pendek banget, Occ, Typo, dll


Di sebuah taman Konoha yang dipenuhi dengan kelopak bunga sakura yang berguguran, duduklah 2 anak sekolah. Mereka saling bersandar dengan punggung mereka. Tak lupa di tangan mereka memegang sebuah es krim yang tadi sempat dibeli sang gadis di dekat sekolah saat pulang sekolah.
"Sasuke!" panggil Sakura sedikit menggoyangkan punggungnya untuk menyenggol punggung Sasuke. Kemudian ia kembali menjilat es krimnya sebelum meleleh di tangannya.
"Hn,” jawab Sasuke singkat. Tapi tiba-tiba sandaran di punggungnya hilang, karena Sakura sudah berpindah tempat ke sampingnya. Tanpa berkata apa-apa, Sakura kemudian menyerahkan contong es krimnya pada Sasuke. Sedangkan Sasuke? Ia hanya menaikkan sebelah alisnya bingung serta sedikit kesal.
Dengan wajah serius, Sakura mulai merogoh saku roknya. Ia sedikit menaikkan sebelah alisnya saat benda yang hendak ia ambil tak kunjung terangkap. “Ah, mna, sih?” gerutunya kesal. “Ini dia!” akhirnya, dengan wajah sumringah, Sakura mengeluarkan genggaman tangannya dari saku roknya.
“Ini untukmu!” Sakura menyodorkan sebuah benda yang bertali. Karena Sasuke tak kunjung mengambilnya, Sakura pun menaikkan sebelah alisnya kesal pada Sasuke. Dengan sedikit enggan Sasuke menunjukkan kedua tangannya yang penuh dengan es krim. “Hehe…maaf,” cengir Sakura lalu mengambil kembali es krimnya dan menyerahkan benda di genggaman tangan satunya pada Sasuke.
Sasuke menaikkan sebelah alisnya sambil menimang-nimang benda yang berada di tangannya tersebut. Ia memegang tali benda tersebut dan memandang benda bulat yang bergelantungan di tali tersebut. “Ini apa?” tanya Sasuke kalem.
“Kau ini malu-maluin keluarga Uchiha! Jelas-jelas itu kalung!” jawab Sakura kesal.
Sasuke memutar bola matanya menahan emosi. “Maksudku, untuk apa kau berikan ini padaku?”
“Untuk kau pakailah. Masak aku susah-susah memberikan itu padamu hanya untuk dibuang!” lagi-lagi Sakura menjawab dengan kesal dan suara tinggi.
Dan lagi-lagi Sasuke harus menahan emosinya. Perempuan mana yang berani membentaknya dan berbicara keras kepadanya? Tentu saja pengecualian untuk gadis pink ini. “Baiklah, aku terima. Tapi…”
“Tapi apa?” tanya Sakura karena Sasuke tak meneruskan kalimatnya.
“Apa tidak ada bentuk selain lingkaran? Biasanya para gadis suka dengan lambang hati,” lanjut Sasuke masih menimang kalung berbandul lingkarang tersebut.
“Karena itulah! aku bukanlah para gadis yang kau sebutkan tadi!” seru Sakura lalu berbalik dan kembali bersandar pada punggung Sasuke. Sasuke juga menempatkan tubuhnya pada posisi semula, saat punggungnya bersandar pada punggung Sakura.
“Hn. Lalu kenapa harus lingkaran?” tanya Sasuke lalu memakai kalung pemberian Sakura tadi sambil tersenyum tipis.
Sontak wajah Sakura menjadi merah. “Itu…karena…” dan tiba-tiba Sakura menjadi gagap. “Ano…itu sebagai lambang…bahwa…” Wajah Sakura semakin memerah sebelum melanjutkan kalimatnya. “di lingkaran itu hanya ada…aku…dan kamu. Tidak ada orang lain yang boleh masuk ke dalam lingkaran kita! Scrup~” ucap Sakura dengan cepat dan wajahnya sekarang menjadi panas dan segera menyeruput es krimnya.
Sasuke yang mendengar itu pun hanya tersenyum. Senyuman senang dan bangga. Senang karena ia mendapat hadiah spesial dari Sakura dan bangga karena Sakura mematenkan kepemilikannya terhadap dirinya. Sasuke sejenak menghentikan acara menjilati es krimnya dan mengedarkan penglihatannya. Ia mencoba mencari sesuatu dan matanya menangkap sebuah benda mungil yang bergelantung di tasnya. Ia segera membuang es krimnya dan melepas benda itu dari tasnya.
Sakura yang tidak mendapat respon Sasuke pun mulai cemas. “Hey, Sasuke?” panggilnya lirih sambil menggerakkan punggungnya menyenggol punggung Sasuke. Tapi tiba-tiba punggung yang menjadi sandarannya menghindar, membuat Sakura kehilangan keseimbangan. Untung saja ia tidak terjungkal. “Hey!” seru Sakura kesal.
“Ini untukmu!” ucap Sasuke datar sambil menyodorkan genggaman tangannya. Genggaman itu rapat sekali sehingga Sakura tidak bisa melihatnya. Sakura hanya menaikkan sebelah alisnya. Lalu dengan paksa, Sasuke mengambil tangan Sakura yang satunya, yang tidak memegang es krim dan menaruh benda di genggamannya di atas telapak tangan Sakura. Sakura sedikit kaget setelah melihat benda apa yang Sasuke berkan padanya.
“Tolong bawakan,” ucap Sakura sambil menyerahkan es krimnya pada Sasuke. Sasuke pun menerimanya.
Pletak!
“Hey!” seru Sasuke kesal setelah Sakura menjitak kepalanya begitu ia menerima es krim dari Sakura.
“Kau ini bisa sedikit lebih modal tidak, sih!?” kesal Sakura, sekaligus jawaban kenapa ia menjitak kepala Sasuke. Sasuke mengelusi kepalanya yang sakit dengan tangan satunya. “Kalau mau memberiku sesuatu, berikan yang berkesan. Masak aku dikasih gantungan tas, dan talinya pake tali sepatu lagi!” kesal Sakura sambil menunjukkan benda di tangannya pada Sasuke yang ternyata adalah sebuah gantungan tas yang berbentuk kipas merah putih dilengkapi dengan seutas tali, tali sepatu. Benar kata Sakura, Sasuke memang tidak modal. Ckckck.
“Jangan menghina pemberianku! Pemberianku kan juga beda dari para lelaki pada umumnya!” sanggah Sasuke.
“Lalu, kenapa kau memberikan ini padaku?’ tanya Sakura.
“Itu…” sebelum melanjutkan kalimatnya, Sasuke lalu berbalik dan kembali duduk membelakangi Sakura. Sakura mengikutinya. Mereka kembali bersandar.
Sakura masih diam menunggu jawaban dari Sasuke. “Tali sepatu itu untuk…mengikat hatimu, agar kau tidak pergi dariku,” ucap Sasuke dengan pipi yang berhiaskan semburat merah. Sedangkan Sakura, pipinya benar-benar panas saat ini. “Dan…kipas itu…untuk mengusir para laki-laki yang hendak mendekatimu.” Semburat merah bertambah tebal di wajah Sasuke dan Sakura yang saling membelakangi.
“Dan…” Sasuke membalikkan kembali badannya. Sekarang ia menghadap Sakura. Ia menatap mata emerald Sakura dalam. “Srup~” Sasuke menyeruput es krim milik Sakura yang ada di genggamannya dengan nikmatnya. “Ini untuk mencuri ciuman pertamamu, sebelum ada orang lain yang mencurinya,” ucapnya sambil menyeringai dan menjilat ujung bibirnya yang masih ada sisa es krim.
Blush
Wajah Sakura sukses memerah dan menguap.
_FIN_

Cuap Author:
Hahaha…berakhir dengan amburadulnya.
Tolong saran dan kritiknya ^-^

By
Naumi Megumi





Kamis, 31 Januari 2013

Takdir Sakura Chapter 4


Takdir Sakura
Author : Naumi Megumi
Pairing : SasuSaku, NaruHina, and other
Rate : T
Genre: Romance, Drama, Family, Hurt, Angst
Disclaimmer:
Naruto © Masashi Kishimoto
                                    Ide cerita fic ini © Naumi Megumi         
Warning:
OOc banget, AU, Gaje, Alur berantakan, Typo, miss typo,  abal, ide pasaran, minimnya diskrip, pokoknya amburadul! dan silahkan FLAME jika memang fic-ku ini benar-benar memuakkan! ^_^
Ingat! Update tidak tentu!
Summary:
Siapakah yang akan menjadi pahlawan untuk Hinata dari tindasan Karin dkk? Atau malah tidak akan ada pahlawan yang akan menolongnya lagi?
Sakura kembali ke Konoha Hospital. Ia menemuai seorang dokter ahli. Sebenarnya ada apa dengan Sakura?

Mari bersama sama kita teriak ‘Uye!’
Uye!! \(o.o)/
Kalau nggak suka, nggak usah baca, ya! Ntar mual lho!
Jangan Lupa RnR-nya, ya!
Balasan Review ada di bawah!
So, Enjoy It!

Chapter Sebelumnya:
Hinata ditindas lagi oleh Karin, bahkan ia membawa teman yang lebih banyak lagi hanya untuk menindas Hinata. Kemudian dengan kejamnya ia menceburkan tas Hinata ke dalam kolam ikan sekolah.
Di sisi lain, Sakura sedang bertanding basket melawan Sasuke. Dan akhirnya Sasuke lah yang menjadi pemenang. Dan tiba-tiba tubuh Sakura menjadi aneh, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Sasuke menyadarinya, tapi Sakura bersi keras tidak mau mengatakan apa-apa tentang kondisinya. Bahkan, Sakura membentak Sasuke yang telah muncul tiba-tiba di dalam hidupnya dan menghancurkan hidupnya. Lalu, bagaimana kah kisah selanjutnya?

TAKDIR SAKURA
Chapter 4

“Hiks!” Hinata secara perlahan berjalan menghampiri kolam ikan sambil menghapus air matanya dengan kedua tangannya. Ia akan mengambil tasnya yang ada di dalam kolam tersebut.
Begitu ia ada di depan kolam, ia melepas sepatu dan kaos kakinya. Ia mulai berjalan masuk ke dalam kolam ikan tersebut. Hinata menyusuri dasar kolam dengan mengulurkan kedua tangannya ke dalam air. Air di kolam tersebut cukup keruh sehingga Hinata harus meraba-raba setiap dasar kolam untuk mencari tasnya.
“Ah, ini dia!” gumam Hinata begitu ia menyentuh sesuatu benda yang diperkirakannya adalah tasnya. Ia mengangkat benda tersebut ke permukaan.
Plung plung plung
“Yah~” keluh Hinata karena semua isi tasnya malah berjatuhan ke air begitu ia mengangkat tasnya, karena tasnya terbuka. Tas yang dipegang Hinata dengan tangan kanannya lalu ia alihkan ke tangan kirinya. Ia mencoba mencari lagi barang-barangnya yang terjatuh dengan tangan kanannya.
“Huh? Apa ini?” Hinata merasakan tangannya menyentuh sesuatu. “Seingatku, aku tidak membawa barang yang lembek-lembek seperti ini,” gumamnya polos dan juga dengan wajah penasaran. Dan karena penasaran, ia pun mengangkat benda yang ada di tangannya ke permukaan.
“Uhm …” Hinata melihat benda yang ada di genggamannya dengan seksama. Benda tersebut berwarna hijau kecoklatan dan kenyal. Ia benar-benar penasaran. “Ini bukan barangku.” Hinata lalu menggoyangkan benda itu.
“Kungkok~” (Aku nggak tahu pasti bunyi katak itu kayak gimana)
“Aargghh!!”
Byur!
Kalian pasti sudah mengetahui itu benda apa. Ya, itu adalah katak. Saat Hinata mengetahui bahwa benda itu adalah katak, ia langsung menjerit syok sambil melempar katak tersebut dengan asal, sepertinya katak itu kembali ke dalam air.
Hinata bergidik geli dengan kejadian yang baru saja menimpanya. “Katak? Baru saja aku memegang seekor  katak?” gumamnya yang tidak percaya bahwa baru saja tangannya memegang seekor katak, hewan yang paling menggelikan di seluruh dunia, bagi Hinata tentunya. “Aaa~ Kak Sakura~” rengeknya
“Hahahaha …” terdengar suara tawa laki-laki yang terdengar sudah tidak asing lagi di telinga Hinata.
“Huh?” Hinata lalu menoleh ke sumber suara tersebut. Benar dugaannya, ia melihat gurunya—Naruto sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya geli. “Guru!” kesalnya karena Naruto malah menertawainya. “Kenapa Guru malah tertawa, sih! uh!” rajuk Hinata sambil memanyunkan bibirnya.
“Maaf … maaf,” ucap Naruto sambil melepas sepatu kulit serta kaos kakinya.
Plung.
Naruto menceburkan kedua kakinya ke dalam kolam. “Perlu bantuan?” tanyanya sambil tersenyum pada Hinata.
Hinata pun balas tersenyum dengan wajah yang merona. “A … arigatou, guru …” ucapnya dengan gugup.
-------------Takdir Sakura---------------
Sakura berjalan menyusuri koridor sekolah sendiri. Ia menundukkan kepalanya dengan lesu. Pikirannya entah pergi kemana. Ia terus berjalan sambil menundukkan kepalanya. “Tidak seharusnya aku berteriak seperti itu padanya,” gumamnya menyesal. Perasaan bersalah terus menghampiri Sakura. Pasalnya, baru pertama ia meneriaki orang seperti itu, bahkan ia berteriak sangat keras pada Sasuke.
Bruk!
Sakura menabrak seseorang, atau orang itu yang menabrak Sakura? Entahlah. “Maaf,” ucap Sakura sambil menundukkan kepalanya. Walau bagaimana pun juga ia sudah salah karena berjalan tidak melihat ke depan.
“Sakura …” gumam orang tersebut dengan suara baritonnya.
Deg!
Tiba-tiba hati Sakura merasa sakit saat mendengar suara yang tidak asing baginya. Bahkan suara itu sempat menaungi hatinya. Suara itu, mirip suara seseorang. Sakura segera menegakkan kepalanya untuk memastikan bahwa pemilik suara tersebut bukanlah ‘dia’.  
“Ini benar-benar kau kan, Sakura!” ucap orang itu lagi. Dan Sakura semakin yakin bahwa orang itu memang ‘dia’. Sakura mengurungkan niatnya untuk melihat wajah orang itu. Jika itu benar-benar ‘dia’, Sakura belum siap untuk menghadapinya. Lebih tepatnya, hatinyalah yang belum siap untuk merasakan sensasi sakit kembali saat melihat wajahnya. Mendengar suaranya saja membuat hatinya perih, apalagi jika ia harus melihat wajahnya.
Wush!
“Hey!” panggil orang itu saat dengan tiba-tiba Sakura malah berlari melewatinya. Sakura yang sebenarnya mendengar panggila orang itu malah terus berlari.
“Sakura!!” Sakura mendengar suara salah satu sahabatnya yang memanggilnya, yaitu Ino.
“Oh, ya ampun! Kenapa aku malah lari kemari?!” rutuk Sakura. Sakura tanpa sadar berlari ke kantin. Yang benar saja. Guru magangnya kan juga sedang di sana, bersama teman-temannya. Mereka kan baru saja bertengkar. Err … lebih tepatnya, Sakura yang memaki Sasuke. Tapi tetap saja ini bukan situasi yang menyenangkan bagi Sakura.
“Sakura, sebelah sini!” teriak Ino lagi sambil melambaikan tangannya tinggi-tinggi agar Sakura dapat melihatnya. Sebenarnya Sakura sudah mengetahuinya, hanya saja ia pura-pura tidak tahu.
Sakura pura-pura mengedarkan penglihatannya. “Ah, Hey!” teriak Sakura membalas panggilan Ino. Sakura juga melihat ada Sasuke di sana.
“Ayo cepat sini!” perintah Ino.
“Ah, iya,” jawab Sakura. Dengan langkah enggan, Sakura pun berjalan ke meja kedua sahabatnya dan juga guru magangnya itu. Kemudian Sakura duduk di samping kiri Sasuke, karena kursi yang kosong hanya di sana.
-------------Takdir Sakura---------------
Sakura POV
Suasana seperti ini memang sangat tidak mengenakkan. Aku harus duduk dengan orang ini, guru Sasuke. Entah kenapa aku jadi merasa bersalah padanya. Sebenarnya ada apa denganku?
“Sakura, kau mau pesan apa?” tanya Tenten padaku.
“Aku minum jus jeruk saja,” jawabku sambil tersenyum.
“Kau tidak mau makan sesuatu?” tanya Ino sambil melihatku.
“Iya, kau kan baru saja bertanding basket. Pasti tenagamu terkuras,” tambah Tenten yang terlihat cemas dengan keadaanku. Bukannya aku tidak lapar, tapi aku gengsi. Tentu saja. Baru saja aku membentak Guru Sasuke, tapi masak iya aku harus menerima traktiran guru magang ini.
Aku sedikit melirik ke guru Sasuke yang sejak tadi hanya diam. Entah apa yang sekarang ia pikirkan. Tapi siapa peduli!
Eh?
‘Sial! Sial! Sial!’ aku merutuki diriku sendiri karena kepergok sedang memandangi guru mesum itu. Dengan cepat aku mengalihkan wajahku ke arah lain.
“Ada apa?” tanya guru mesum itu melihatku.
Aku pun juga melihatnya. “A … apa?” tanyaku balik pura-pura tidak paham apa yang ia maksudkan.
“Kau tadi memandangi wajahku. Aku kira ada sesuatu. Atau kau baru menikmati wajahku yang indah ini?” tebak guru mesum itu dengan PD-nya.
Ha? Apa tadi dia bilang? Kenapa ada guru mesum yang super narsis seperti dia di dunia ini? “Apa-apaan itu?! Siapa juga yang memandangi wajahmu!” elakku.
End Sakura POV
-------------Takdir Sakura---------------
Normal POV
“Lalu kenapa kau tadi memandangi wajahku seperti tadi?” tanya Sasuke lagi sambil menyeringai.
“Aku kan sudah bilang, aku tidak memandangi wajahmu!” Sakura mencoba membantah tuduhan Sasuke. Sebenarnya bukan tuduhan tapi fakta. Fakta bahwa Sakura memang memandang wajah Sasuke tadi. Sakura memandang guru magangnya itu dengan kesal. ‘Dia benar-benar menyebalkan!’
Sedangkan Tenten dan Ino hanya saling menyiku dan mengedikkan bahu saat melihat pertengkaran kecil antara teman dengan guru mereka.
Sasuke tersenyum tulus pada Sakura tapi yang diberi senyum malah mengalihkan wajahnya. “Oh, begitu. Mungkin hanya perasaanku saja,” ucap Sasuke lalu bertopang dagu. Oh, betapa keren dan indah pemandangan itu.
Sakura melirik Sasuke lagi, tapi hanya sebentar. Ia takut kepergok lagi sedang melihat Sasuke. Entah sampai setinggi apa tingkat kenarsisan Sasuke nantinya. ‘Apa yang sebenarnya ia pikirkan? Kenapa sikapnya seolah tidak terjadi apa-apa?’ tanya Sakura dalam hati. ‘Padahal aku tadi berkata kasar padanya. Apa dia tidak merasa sakit hati?’
“Sudahlah, tidak perlu membahas sesuatu yang samar-samar.” Tenten mencoba mengganti topik, atau ia mencoba menyindir Sakura?
‘Samar-samar katanya!?’ kesal Sakura dalam hati sambil melirik Tenten. Sedangkan yang dilirik hanya nyengir.
“Jadi, guru mau makan apa?” tanya Ino melihat ke Sasuke dengan pandangan memuja. Oh, ya ampun. Ino mulai lagi dengan sikapnya.
“Aku cukup air putih saja, soalnya aku masih kenyang,” jawab Sasuke lembut lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Tidak lama kemudian ia mulai asik berkutat dengan tuts-tust ponselnya.
“Baiklah. Kau benar-benar tidak mau makan sesuatu, Sakura?” tanya Ino memastikan.
“Iya. Aku hanya haus sedikit,” jawab Sakura yakin. Sakura sedikit melirik Sasuke yang sibuk sendiri. ‘Sebenarnya apa yang sedang dia lakukan? Akh! Kenapa aku malah jadi memikirkan guru mesum ini terus, sih! bodoh!’ Sakura tanpa sadar menggeleng-nggelengkan kepalanya.
“Kau kenapa, Sakura?” tanya Tenten cemas saat melihat Sakura menggelengkan kepalanya sendiri.
“Huh? Ah … hehehe, tidak apa-apa, kok. Hehehe …” jawab Sakura dengan tawa garing sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
“Mungkin Sakura sedang memikirkanku,” sahut Sasuke asal tapi tepat sasaran.
“Eh?” pekik Ino dan juga Tenten bersamaan.
Deg!
‘Kenapa dia bisa tahu?’ batin Sakura heran dengan wajah pucat. Sakura terkejut dengan ucapan Sasuke.
“Aku hanya bercanda. Hahaha….” tawa Sasuke dengan santai. “Kalian menganggap ini serius?” tanyanya lagi-lagi dengan tampang tanpa dosa.
“Guru ini … membuat kami kaget saja. Hahaha…” tawa Ino.
Sepintas Sakura dan Sasuke bertemu pandang, tapi Sakura dengan segera memalingkan wajahnya. ‘Pria ini benar-benar menyebalkan,” batinya. Sakura merasa kesal. Sepertinya Sasuke sengaja mempermainkan Sakura.
-------------Takdir Sakura---------------
Di Ruang UKS SMA 2 Konoha.
Terlihat ruangan UKs begitu sunyi, hanya ada 2 orang di sana. Ia adalah Naruto dan Hinata. Setelah Naruto membantu mencari tas Hinata yang berada di kolam, Naruto pun memaksa Hinata untuk ke UKS dan mengobati luka Hinata. Naruto membersihkan luka lecet yang ada di telapak tangan dan punggung tangan Hinata dengan antiseptik.
Tes.
Naruto melihat ada air yang menetes membasahi rok Hinata. Naruto pun mendongakkan kepalanya untuk melihat Hinata. Ia melihat Hinata menangis.
“Hiks!” tangis Hinata pun semakin deras. “Kenapa?” gumamnya. Naruto yang bingung melihat Hinata menangis hanya diam, ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia perbuat. “Kenapa aku begitu lemah?” Hinata kembali bergumam dengan suara bergetar. “Kenapa aku tidak berguna? Hiks!” ia menggigit bibir bawahnya untuk meredam suara tangisnya.
Entah kenapa Naruto tak kuasa melihat Hinata menangis di hadapannya. Dengan perlahan Naruto mengulurkan tangannya. Ia meraih pundah Hinata dan menariknya ke pelukannya. Ia tenggelamkan kepala Hinata ke dalam dadanya. Walaupun Naruto tahu bahwa kaos olahraganya akan basah dengan air mata Hinata, ia tak peduli. Yang ada dalam benaknya sekarang ingin menenangkan Hinata dengan caranya, dengan apa yang ia bisa.
Hinata tersentak dengan perlakuan gurunya tersebut padanya. Begitu kepalanya menyentuh dada bidang Naruto, ia merasa nyaman dan sejak. Jiwanya terasa damai. Hinata memejamkan matanya mencoba menikmati kehangatan yang belum pernah ia rasakan. Air matanya yang tadinya mengalir deras berangsur mereda. “Aku mohon, Guru. Tolong jangan pernah bilang soal ini pada Anko,” pintanya bergumam. Walaupun Naruto tak menjawab, tapi Hinata merasakan bahwa Naruto menganggukkan kepalanya pelan.
-------------Takdir Sakura---------------
“Hinataa…!” sambut Anko begitu melihat Hinata memasuki kelas. “Kenapa kau terlambat sampai 2 jam?” tanyanya lalu menghampiri Hinata. “Eh? Ada guru Naruto juga?” tanyanya lagi begitu melihat Naruto muncul dari balik pintu.
“Guru Naruto…!!!” teriak siswi seisi kelas lalu mereka berhamburan menghapiri Naruto.
“Hehe…hey, kalian semua,” sapa Naruto pada murid-muridnya. Naruto sedikit terdorong kesini dan kesana oleh murid-muridnya yang manis.
“Err…maaf, tadi aku ada urusan sedikit,” jawab Hinata sambil tersenyum tulus pada Anko. “dan… tadi aku tidak sengaja bertemu dengan Guru Naruto lalu mengobrol sedikit,” dustanya.
Ekspresi Anko pun berubah. “Sebenarnya apa yang terjadi, Hinata?” tanyanya dengan nada tegas. Ia tahu bahwa Hinata sedang berbohong padanya. Ada yang tidak beres. Dan Anko menangkap keadaan Hinata yang terlihat sedikit kucel, walaupun tadi Hinata sempat merapikan penampilannya saat di UKS bersama Naruto. Tas dan barang-barangnya juga sudah ia keringkan waktu di UKS tadi.
“Ah? Tidak terjadi apa-apa, kok,” jawab Hinata mencoba berdusta lagi dan mencoba tersenyum sewajarnya.
Anko menatap Hinata dengan lekat sambil memegang kedua pundak Hinata. “Katakan, Hinata! Siapa yang melakukan ini padamu!?” tanya Anko sedikit memaksa.
“Hahaha…” Hinata tertawa dengan ringan, seolah tidak pernah merasakan sakit ditubuhnya. Di depan sahabatnya, ia berusaha terlihat seceria mungkin, karena ia tidak ingin membuat ada orang lain lagi yang mencemaskannya. “Sudahlah, Anko. Anggap saja ini tidak pernah terjadi. Lagi pula, aku tidak terlupa, kok,” jawab Hinata mencoba meyakinkan Anko sambil tersenyum tulus.
Naruto melirik tangan kanan Hinata yang ia sembunyikan di balik badanya, tangan yang tadi pagi diinjak oleh Karin. Tangan itu sedikit lecet namun tidak terlihat ada darah di sana, karena Naruto sudah mengobatinya waktu di UKS. Saat Naruto hendak memperban luka Hinata, Hinata berusaha keras menolaknya. Karena perban di tangannya akan semakin memperjelas bahwa tangan Hinata sedang terluka. Dan Hinata tidak mau membuat Anko cemas saat melihat tangannya yang diperban. Hinata juga menyuruh Naruto untuk berjanji padanya bahwa ia tidak boleh memberitahukan ini pada Anko.
“Aku terlalu malas untuk menjawab pertanyaan Anko nanti saat melihat perbanku. Hehehe…” jawab Hinata saat itu dengan senyum manisnya. ‘Sebenarnya jauh di dalam dirimu, kau sangat kuat, Hinata,’ gumam Naruto dalam hati sambil tersenyum.
“Baiklah, aku akan melupakannya. Tapi jika kejadian ini sampai terulang lagi dan kau tetap tidak mau memberitahuku, aku akan mencari tahu sendiri pelakunya dan akan kuhabisi mereka!” tegas Anko.
“Hehehe…” Hinata hanya bisa nyengir, karena ia tidak tahu harus menjawab apa. Dan ia juga bahagia karena mempunyai Anko sebagai sahabatnya.
“Lho? Guru Naruto…” muncullah seorang laki-laki dewasa dari balik pintu.
“Guru Iruka…” Naruto begitu membalikkan badannya saat ada seseorang yang menyebut namanya dan mendapati Guru Iruka berdiri di depan pintu kelas.
“Inikan bukan jam pelajaranmu, kenapa kau ada di sini?” tanya Guru Iruka.
Naruto tertawa sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Aku hanya kebetulan lewat saja, kok,” jawabnya. “Aku pergi dulu, ya!” pamitnya pada Hinata dan Anko. Mereka hanya mengangguk. Naruto juga melambaikan tangannya pada siswi-siswi yang tadi mengerubunginya.
“Kyaa…!” teriak siswi-siswi histeris saat melihat senyum Naruto yang menawan.
“Ehem! Silahkan semuanya kembali ke tempat duduk masing-masing!” perintah Guru Iruka tanpa kehilangan kewibawaannya sebagai guru.
“Hai!” sahut siswi dengan semangat, termasuk dengan Hinata dan Anko.
-------------Takdir Sakura---------------
Teng teng teng!
Lonceng pulang baru saja berbunyi dan siswa-siswa mulai berhamburan keluar kelas. Hingga di dalam kelas tinggallah  Tenten, Ino dan Sakura.
Tap tap tap.
Terdengar suara langkah yang semakin mendekat. Sakura dan kedua sahabatnya pun terdiam saat mendengar suara lagkah itu mulai memasuki kelas mereka.
Jreeng!
Dengan gaya cool-nya, muncullah seorag pemuda yang berseragam serupa dengan Sakura dan teman-temannya. Rambutnya hitam berkuncir dengan helaian rambut yang bersisa di kanan dan kiri wajahnya. Pemuda itu tersenyum pada Sakura, senyum meawan yang dapat membuat seluruh siswi SMa 1 Konoha klepek-klepek. Tapi, tentu saja pengecualian untuk Sakura.
Tenten dan Ino saling memandang sejenak lalu beralih melirik Sakura. mereka ingin melihat reaksi Sakura. Mereka tahu bahwa pemuda yang bernama Hidate tersebut sangat tergila-gila dengan Sakura sejak Sakura mengalahkannya di pertandingan harian saat Sakura masih menjadi anggota karate. Sejenak Sakura memang melihat ke arah Hidate, namun kemudian ia kembali membereskan bukunya kembali. Setelah selesai, ia berjalan ke arah pintu dan keluar kelas begitu saja. Melewati Hidate seolah-oleh ia tidak melihat Hidate.
Tenten dan Ino lalu menghampiri Hidate. “Jangan menyerah!” kata Tenten memberi semangat sambil menepuk pundak kanan Hidate. “Tetap semangat!” tambah Ino sambil menepuk pundak kiri Hidate.
Hidate pun tersenyum. “Terima kasih,” ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu, Sakura sedang berjalan menyusuri lorong kelas. Ia melewati ruang karate. Sakura masuk ke dalam ruang tersebut untuk sekedar melihat-lihat. Ia melihat begitu banyak siswi yang memenuhi kursi penonton. “Tumben rame,” gumamnya.
Sakura mengedarkan penglihatannya ke seluruh penjuru ruangan hingga ia melihat segerombolan siswi-siswi yang sedang mengerumuni seseorang. Sakura memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa orang di balik kerumunan tersebut. Sakura sedikit terkejut kala matanya menangkap kepala ayam di tengah kerumunan tersebut. “Cih! Kenapa guru ayam itu selalu ada dimana-mana?” gumamnya. Tentu saja orang yang dimaksud ‘Guru ayam’ adalah Sasuke. Bahkan Sakura sekarang sudah mempunyai julukan baru untuk guru magangnya itu.
Sakura membalikkan badanya hendak meninggalkan ruang karate hingga sebuah seruan yang memanggil namanya menghentikan langkahnya. Sakura menoleh pada sumber suara dan mendapati seorang pemuda tampan dengan rambut panjangnya tengah berjalan menghampirinya. “Hey, Neji!” sapanya.
Seperti yang disebut Sakura, pemuda tersebut bernama Neji, sang ketua ekskul karate, sekaligus rival sejatinya Tenten. “Ada perlu apa kau kesini? Apa kau ingin bergabung kembali?” tanya Neji.
Sakura memang dulu adalah anggota karate, ia kemudian keluar 2 bulan yang lalu karena sesuatu. “Tidak, aku hanya mampir sebentar untuk melihat-lihat. Ternyata tanpa aku ekskul ini masih berjalan lancar, bahkan semakin ramai, sepertinya…” gumam Sakura semakin tidak jelas sambil melirik gerombolan siswi yang mengerumuni Sasuke.
Neji menaikkan sebelah alisnya ketika nada bicara mulai tidak jelas. Ia pun mengikuti arah pandangan Sakura. “Ah itu, Guru Sasuke akan melatih kami untuk sementara. Kau tahu, kan, bahwa guru Guy sedang ada urusan?” tanyanya kembali melihat Sakura.
Sakura memutar bola matanya. “Ya, aku tahu itu. Tapi kalian bisa latihan sendiri, kan? Atau kau saja yang memimpin mereka,” ucap Sakura yang tidak terima Sasuke menjadi pelatih karate.
“Masalahnya bukan itu. Kami harus dilatih oleh orang yang ahli, karena 2 minggu lagi akan ada pertandingan persahabatan dengan SMA Suna,” jawab Neji.
Sakura tersentak kala mendengar Neji menyebut nama bekas sekolahnya dulu. ‘Berarti tadi itu benar-benar dia,’ batinya. “Kalian akan tanding dengan SMA Suna?” tanya Sakura memperjelas.
“Hn. Dan jangan lupa untuk datang dan dukung kami!” pinta Neji.
Sakura tersenyum canggung. “Hehe…memangnya pertandingannya di sini atau di Suna?” tanya Sakura sedikit cemas.
“Di sini,” jawab Neji singkat.
“Ehm…kalau gitu, aku akan usahakan datang,” ucap Sakura sambil memamerkan senyumnya yang indah.
Neji mengangguk senang. “Ohya, apa kau melihat Tenten?” tanyanya.
“Tadi aku bersamanya, tapi sekarang aku tidak tahu dia dimana. Mungkin ia masih di kelas,” jawab Sakura.
“Kalau nanti kau bertemu lagi degannya, tolong suruh dia ke sini, ya!” pinta Neji. Sakura menyunggingkan senyum dan mengacungkan jempolnya dengan mantap.
-------------Takdir Sakura---------------
Sakura kembali memasuki sebuah rumah sakit besar Konoha. Ia mulai melangkahkan kakinya dengan sedikit berat. Pulang sekolah ini Sakura berjanji pada salah seorang dokter handal di Rumah Sakit Konoha, beliau bernama Shizune. Dan Sakura akan diberitahu hasil pemeriksaan yang ia lakukan kemarin malam.
Tok tok tok.
Sakura mengetuk sebuah pintu yang bertuliskan “Dr. Shizune” di sana.
“Ya, masuk!” Setelah mendapat respon dari orang yang ada di dalam ruang tersebut, Sakura pun segera masuk ke dalam.
“Hey, Sakura! Tumben kau tepat waktu dengan waktu yang kujanjikan padamu, biasanya kau telat beberapa jam,” ucap Shizune sedikit menyindir begitu melihat orang yang masuk ke ruangannya ternyata adalah Sakura.
Sakura mengambil duduk di depan meja Shizune. “Itu karena saat ini aku sedang libur kerja, Kak Shizune,” jawab Sakura. Ya, Sakura memang memanggil Shizune dengan panggilan ‘Kak’, karena itu adalah permintaan Shizune sendiri. Shizune sudah menganggap Sakura sebagai adiknya sendiri, begitu juga sebalikknya.
Umur Shizune saat ini sudah 29 tahun, tapi sampai sekarang ia belum juga menikah. Walaupun begitu, ia cukup senang dengan keadaanya saat ini. Apalagi setelah ia bertemu dengan Sakura 4 bulan yang lalu. Sakura telah menjadi inspirasi hidupnya. Shizune bangga dengan Sakura yang tegar menghadapi takdirnya, yang bisa dibilang sedikit kejam.
Saat itu, Shizune tanpa sengaja melihat Sakura pingsan di depan rumah sakit saat ia hendak pulang. Dan karena malam itu hujan deras sekali, akhirnya Shizune membawa Sakura masuk ke dalam rumah sakit, walaupun hanya di lobi dan ia hanya membaringkan Sakura di atas sofa. Shizune juga hanya bisa menyelimuti Sakura dengan jas dokternya, karena hanya ada itu.

FLASHBACK ON
“Apa yang terjadi?” tanya seorang gadis pink yang baru saja sadar dari pingsannya 1 jam yang lalu.
“Tadi kau pingsan di depan rumah sakit. Lalu aku membawamu masuk,” terang seorang dokter wanita muda berambut hitam.
“A…arigatou, dokter…”
“Shizune,” sahut dokter wanita tersebut, menyuruh Sakura memanggilnya Shizune.
“Ah, arigatou, dokter Shizune,” ulang Sakura sedikit menundukkan kepalanya, lengkap dengan menyebut nama dokter tersebut. “dan maaf telah merepotkan Anda,” ucapnya lagi.
“Hahaha…tidak perlu sungkan. Itu sudah kewajibanku,” jawab Shizune dengan senyum lembutnya.
“Kalau begitu, saya permisi untuk pulang,” pamit Sakura sambil membungkukkan badanya.
“Biar aku antar,” tawar Shizune.
“Tidak perlu. Saya sudah banyak merepotkan Anda. Lagipula, hujannya juga sudah reda, jadi tidak ada masalah,” ucap Sakura menolak tawaran Shizune dengan halus sambil tersenyum. Shizune hanya membalas senyuman Sakura dengan sebuah senyuman. Sakura kemudian melangkahkan kakinya.
Shizune memandang punggung Sakura, tapi ada sesuatu yang aneh. Shizune kembali memperkatikan langkah Sakura dan melihat ayunan tangan Sakura. “Itu…,” gumamnya begitu ia menyadari sesuatu. Lalu dengan cepat Shizune memanggil Sakura, “Tunggu!” ia sedikit berlari menghampiri Sakura saat Sakura menghentikan langkahnya.
“Iya?” sahut Sakura begitu membalik badanya.
“Aku belum tahu namamu. Siapa namamu?” tanya Shizune begitu berada di depan Sakura.
Sakura tersenyum sejenak. “Nama saya Sakura, Haruno Sakura,” jawabnya.
“Nama yang bagus,” puji Shizune.
“Arigatou,” ucap Sakura dengan senyumnya lagi.
“Bisakah kau datang ke sini lagi besok?” tanya Shizune.
Sakura terlihat bingung dengan pertanyaan, ah bukan. Itu terdengar seperti sebuah undangan. “Tentu,” jawabnya kemudian dengan pasti walaupun Sakura tidak mengerti kenapa Shizune menyuruhnya untuk datang kembali, tapi ia tak memikirkannya lebih jauh.
“Baguslah kalau begitu. Kau bisa datang setelah pulang sekolah,” ucap Shizune.
“Eh? Kenapa Anda tahu kalau saya masih sekolah?” tanya Sakura heran.
“Hehehe…hanya feeling. Kau terlihat masih muda, jadi aku menyimpulkan kau masih sekolah,” jawab Shizune sambil tersenyum canggung.
“Ooh…” Sakura hanya ber-Oh- ria. “Kalau begitu, saya permisi dulu,” pamit Sakura lagi sambil menundukkan kepalanya, lagi.
Shizune pun juga menundukkan kepalanya. “hati-hati di jalan,” pesannya. Sakura pun berbalik dan mulai melangkahkan kakinya kembali. Shizune memandang punggung Sakura dengan pandangan sendu. “Gadis itu…padahal usianya masih muda…” gumamnya sendiri.
FLASHBACK OFF

“Jadi, bagaimana hasilnya, kak?” tanya Sakura membuat lamunan Shizune buyar.
“Ha!?” sahut Shizune agak kaget karena tidak menyimak pertanyaan Sakura tadi.
“Kak Shizune kenapa?” tanya Sakura cemas karena melihat Shizune yang sedikit aneh.
“Ah, tidak apa-apa. Kau tadi bilang apa?” tanya Shizune kembali ke topik awal.
“Itu, aku tadi tanya gimana hasil pemeriksaan kemarin,” jawab Sakura sekaligus bertanya.
“Kau harus mengurangi kegiatanmu, Sakura,” nasehat Shizune mencemaskan Sakura. “karena keadaanmu sedikit memburuk,” lanjutnya.
“Hanya sedikit, kan? Syukurlah. Aku sangat beruntung. Hehehe…” tanggap Sakura enteng sambil tersenyum lega. Beruntung katanya?
“Tap—“
“Selagi aku masih bisa bergerak, aku akan melakukannya secepat mungkin,” potong Sakura. “Kak Shizune tidak perlu khawatir,” ucapnya sambil menyunggingkan senyum manisnya.
“Hah~” Shizune menghela nafas berat. “walau aku larang seperti apapun, kau pasti tidak akan mendengarkanku, kan?” tebak Shizune.
“Hehe…ya, sepertinya begitu,” jawab Sakura sambil nyengir.
“Tapi ingat! Kau harus tetap rajin menjalani terapimu, karena hanya dengan terapilah bisa mengurangi gejala-gejalanya. Sehingga tidak ada yang curiga,” nasehat Shizune lagi.
“Tentu saja,” jawab Sakura mantap.
“Kau mau bawa berkas ini?” tanya Shizune menyodorkan sebuah map yang beisi hasil pemeriksaan kesehatan Sakura.
“Tidak,” tolak Sakura sambil menggelengkan kepalanya. “biar kak Shizune saja yang menyimpannya. Kak Shizune kan sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri,” ucapnya.
Sejak awal pemeriksaan, Sakura memang tidak pernah mau menyimpan hasil pemeriksaannya. Ia selalu meminta Shizune untuk menyimpankannya.
“Kenapa? Kalau hanya tidak ingin diketahui orang lain, kau bisa menyimpannya di tempat yang paling aman di kamarmu, kan?” tanya Shizune penasaran.
Sakura tersenyum sejenak, “Kak Shizune ini bagaimana. Kakak pernah menonton TV yang pemerannya terkena sebuah penyaki?” tanya Sakura.
“Pernah. Lalu apa hubungannya?” tanya Shizune masih belum mengerti.
“Si pemeran yang terkena penyakit itu pasti membawa berkas hasil pemeriksaan mereka ke rumah. Dan menyembunyikannya di tempat yang paling aman. Tapi apa? Pada akhirnya keluarganya pasti tidak sengaja menemukannya, kan. Nah, aku tidak mau itu juga terjadi padaku. Hehehe…” Sakura mengakhiri penjelasannya dengan sebuah cengiran polos.
“Kau benar juga, ya. Bagaimana aku bisa tidak tahu soal itu. Kau pintar juga, Sakura!” puji Shizune, “pantas saja kau mendapat peringkat teratas.”
Sakura tertawa canggung saat mendapat pujian dari Shizune. “Sebenarnya tidak sepintar itu,” ucapnya merendah.
-------------Takdir Sakura---------------
Sakura baru saja keluar dari Bank Konoha. Di tangannya terdapat sebuah amplop coklat besar. Ia baru saja mendapatkannya dari pegawai bank, katanya amplop tersebut titipan dari ibunya saat beliau masih hidup. “Isinya apa, ya?” gumam Sakura sambil terus membolak-balik amplop tesebut. Ia lalu berjalan mendekati sebuah kursi di tepi jalan. Ia duduk disana.
Dengan perlahan, Sakura mulai membuka segel amplop tersebut. Ada sebuah surat dari ibunya serta ada satu berkas penting di dalamnya. Sakura menaikkan sebelah alisnya kemudian mulai membaca surat tersebut. Seketika eskpresinya berubah. Keningnya mengerut. Sakura tidak tahu harus mengekspresikan perasaannya saat ini dengan apa. Ada rasa senang, sedih, serta sedikit marah setelah ia membaca surat dari ibunya tersebut. Masalah Sakura bertambah satu lagi. Ia menundukkan kepalanya.
Tes.
Setetes air mata baru saja jatuh dari pelupuk mata Sakura. Ia memegang kepalanya sambil mencoba menahan tangis. “Ibu…” sebutnya dengan nada bergetar, “ke-hiks! Kenapa kau baru-hiks! Memintanya sekarang? Hiks!” lanjutnya.
Sebenarnya apa isi surat dari ibunya itu sehingga membuat Sakura seolah tidak sanggup lagi menjalani hidupnya?
-------------TBC---------------

Celoteh Author!
Terlalu lama hiatus. Menyebabkan otak karatan….mungkin.
Inilah persembahan saya di chapter 4 ini. maaf jika kurang panjang dan sebagainya. Saya mohon maaf. n_n
Dan maaf di chap ini SasuSaku-nya belum muncul ^-^, chapter depan mungkin ada, hehe..nggak janji. ^-^v
Tolong saran dan kritik anda di kotak review ^-^

Satu kata review anda, sangat berarti bagi saya. ^-^
Terima kasih untuk semua reader, reviewer, silent reader, peng-favo, peng-folow fanfic abal ini ^_^
N
KEEP SMILE!